Akhi Faiz memberikan materi kepada peserta MIAS #3 |
Masih bertempat di aula Masjidillah, MIAS hari ketiga
dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Februari 2012. Peserta yang hadir 2 orang ikhwan dan 6 orang akhwat. Setelah dibuka
dengan basmalah dan tilawah dari salah satu peserta, acara diawali dari pertanyaan
yang dilontarkan oleh MCR, Bintang Gumilang, yang dirujuk dari artikel PP KAMMI
“Mengapa dakwah di indonesia mengarah ke IM (Ikhwanul Muslimin –red)?” Kemudian
MCR bercerita tentang sejarah IM di indonesia. Organisasi yang muncul saat itu,
tidak lepas dari adanya pengaruh IM. Semangat untuk memperbaiki kondisi
masyarakat melalui organisasi memunculkan berbagai macam gerakan, sebut saja
NU, Muhammadiyah, Masyumi, dll. Di kalangan pelajar dan mahasiswa sendiri ada
HMI dan PII.
Setelah sedikit bercerita, MCR menugaskan peserta untuk
membuat sebuah analisis gerakan apa yang kira-kira cocok dengan 3 ranah yang
disebutkan. Gerakan dalam ranah thulabi
baik pelajar dan mahasiswa, mihany
(profesi), dan parlemen. Peserta yang di bagi tiga kelompok dengan
masing-masing permasalahan yang ditugaskan, diminta untuk menanalisis gerakan
apa yang cocok di jalankan dengan mempertimbangkan sasaran, bagaimana kekhasan
karakternya, hingga target ideal yang ingin dicapai apa. Selama kurang lebih 30
menit, peserta menganalisis dan hasilnya dipresentasikan untuk kemudian
ditanggapi oleh peserta yang lain.
Diskusi berjalan seru, karena walaupun satu kelompok
memiliki tugas masing-masing, hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa
kelompok lain tidak memikirkan permasalahan yang sama. Yang terjadi banyak
sangkalan, tanggapan, dan masukan yang disampaikan oleh kelompok yang lain.
Walaupun diskusi berjalan dinamis, mau tidak mau harus di
akhiri, karena pemateri sudah hadir. Pemateri pada hari ketiga ini adalah
aktivis yang pernah menjabat sebagai Mahasiswa Nomor 1 di Unair. Beliau adalah mantan Presiden BEM Universitas
Airlangga tahun 2009, Ahmad Faiz Khudlari Thoha. Beliau mengingatkan tentang
karakter agama islam yang syamil, kamil,
dan mutakammil. Hal ini untuk
menekankan bahwa islam juga mengurusi masalah politik.
Di akhir sesi, pemateri menjelaskan hendaknya sebuah
pergerakan memiliki manhaj ‘pertengahan’. Sehingga tidak mudah untuk
menyalahkan orang lain, mengutamakan ayat muhkamat
(jelas –ed) dari pada ayat mutasyabihat
(meragukan/perlu penjelas –ed), dan tidak menolak masalah ijtihadiyah. Ketika di buka sesi tanya
jawab, peserta antusias untuk bertanya, memperdalam pengetahuan mereka. Saking
antusiasnya, waktu yang dimiliki tidak mencukupi, sehingga tidak semua
pertanyaan dapat terakomodasi.
Setelah closing
statement dari pemateri, acara di tutup dengan hamdalah dan do’a penutup majelis. Tidak lupa pesan untuk
menyelesaikan penugasan bagi para calon peserta DM2.
[rai/gea]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar