Oleh Gading Ekapuja Aurizki*
Sudah dua tahun lebih kita
tak lagi berbicara tentang siapa sosok pemimpin ideal. Sudah dua tahun lebih
kita tak lagi memperbincangkan siapa yang pantas maju dan siapa yang lebih layak
turun. Sudah dua tahun lebih obrolan hangat itu tak lagi kita rasakan. Obrolan
tentang masa depan. Obrolan tentang figur pembawa perubahan.
Saya takut kita sudah
mulai jengah, frustasi, bosan, bahkan mungkin putus asa dengan semua keadaan
ini! Akhirnya kita TAK LAGI PERCAYA kalau pemimpin harapan itu akan DATANG.
Namun saya lebih takut jika kita terlanjur frustasi, siapakah yang akan
memvisualisasikan sosok ideal yang pantas memimpin kita nanti?
Percayakah rekan-rekan, kemunculan seorang pemimpin yang besar itu berbanding lurus dengan kondisi rakyat yang berhati besar pula? Pemimpin tidak selalu hadir TEPAT WAKTU, tetapi selalu hadir TEPAT PADA WAKTUNYA. Yaitu ketika rakyat telah benar-benar membutuhkannya, merindukannya, dan mengharapkannya! Percayakah?
Jika kita percaya, apakah
kita sudah membayangkan sosoknya seperti apa? Sudahkah kita berjaga menantikan
kedatangannya? Sudahkah kita mempersiapkan diri jika kelak nanti sosok pemimpin
itu meminta kita menjadi pengawal perjuangannya? Sudahkah kita SIAP jika
ternyata yang diminta menjadi pemimpin itu adalah
KITA?
Jika kita percaya, marilah
kita bersama-sama MERUMUSKAN sosok pemimpin ideal itu. Mumpung masih ada
kesempatan untuk mempersiapkannya. Jika ada yang tidak ikut mempersiapkan,
jangan kecewa jika sosok yang muncul nanti bukanlah sosok yang kalian
HARAPKAN!
* *
*
Sosok Pemimpin Harapan
Saya
Memperbincangkan sosok
pemimpin pastilah kita tak akan jauh dari kriteria-kriteria seperti visioner,
bertanggung jawab, komunikatif, dan lain sebagainya. Namun kriteria itu hanyalah
kriteria dasar yang memang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin. Namun
karena saya mengharapkan pemimpin yang tidak ‘sekedar’ standar, tentu ada
kriteria khusus yang patut dipertimbangkan. Goalnya sesuai tulisan saya
sebelumnya; Mencari
Pahlawan Unair: Bukan Kajian Hanya Curhatan. Jadi, saya sekarang sedang
mencari PAHLAWAN.
Baik,
saya mulai dengan mendefinisikan kata pahlawan. Pahlawan berbeda dengan juara,
raja, komandan, bahkan pemenang sekalipun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Pahlawan diartikan dengan orang
yg menonjol krn keberanian dan pengorbanannya dl membela kebenaran; pejuang yg
gagah berani.
Tapi menurut versinya Gading, pahlawan berarti sosok yang membawa perubahan dari keadaan
yang kacau menuju kondisi sejahtera.
It’s
simple.
Siapa yang bisa mengeluarkan Keluarga Mahasiswa Unair dari kondisi yang serba
tidak jelas ini dia adalah pahlawan.
Kembali ke kriteria
pemimpin yang saya harapkan. Kriteria ini tentu bersifat subjektif dan terlalu
detail untuk dijadikan kriteria dalam suatu pemilihan. Tetapi setidaknya ini
bisa menjadi guide bagi kita dalam menilai seberapa pantas sosok pemimpin yang
menjadi harapan kita bersama. Kriteria itu antara
lain;
Pertama,
memahami histori Keluarga Mahasiswa Unair
Karena yang kita cari
adalah pahlawan, maka sangat penting baginya untuk memahami sejarah perjalanan
KM Unair. Mulai dari terbentuknya hingga nasibnya kini. Pemimpin yang kita
harapkan haruslah memahami akar permasalahan KM Unair, seperti (di)goyangnya
nilai demokrasi dalam tubuh mahasiswa oleh pihak ‘eksternal’, vacuum of power yang terjadi beberapa
kali, dan beberapa masalah lain yang tidak seharusnya muncul. Bukankah memahami
masalah adalah setengah dari solusi?
Saat ini KM Unair belum membutuhkan pemimpin yang
memiliki piala setumpuk alias berprestasi. KM Unair lebih membutuhkan sosok
pemimpin yang membawa solusi. Solusi
yang bisa mengeluarkan KM Unair dari kondisi serbasalah ini. Karena itulah
definisi pahlawan yang saya pahami.
Namun bukan berarti saya
anti sosok berprestasi. Tidak! Bolehlah Unair memiliki pemimpin yang
berprestasi, tetapi mungkin itu nanti. Kalau pemimpin yang berprestasi dan
solutif ditemukan dalam satu sosok, tentu itu lebih baik
lagi.
Kedua,
memiliki jaringan ke pihak alumni
Mengapa harus alumni? Saya
lebih mengkhususkan alumni di sini adalah alumni yang pernah berkecimpung di
dunia pergerakan tingkat universitas di Unair. Para pengurus BEM 2010 ke bawah
dan anggota DLM 2010 ke bawah, atau pihak lain yang paham dengan kondisi Unair
sebelum 2010.
Alasan yang paling rajih
untuk bisa diterima adalah karena Unair sempat mengalami lost generation. Dengan vakumnya BEM
Unair dan DLM Unair selama satu tahun membuat distribusi informasi dan
kaderisasi tidak berjalan dengan baik. Sehingga satu-satunya cara yang bisa
ditempuh untuk mereduksi kehilangan informasi itu adalah dengan ‘berguru’ kepada
para senior-senior kita.
Sosok pemimpin yang kita
harapkan harus mengerti akan hakikat ‘berguru’ ini. Dengan berguru kepada senior
bukan berarti kita ingin melestarikan nilai-nilai lama di tengah zaman yang
terus berkembang. Bukan seperti itu! Berguru di sini dimaksudkan untuk menjaring
aspirasi dari orang yang tahu secara pasti kronologis masalah yang terjadi di KM
Unair.
Ada satu lagi alasan
kenapa kita harus berguru langsung kepada mereka. Setelah saya menelusuri Ruang
DLM, ternyata dokumen Keluarga Mahasiswa kurang tersimpan dengan baik.
Dokumentasi seperti ini penting mengingat kita mengurusi hajat orang banyak.
Menyepelekannya berisiko menghapus sejarah yang terjadi di KM Unair. Saya
mendengarkan cerita-cerita tentang KM Unair dari beberapa orang kawan (by mulut ke mulut), bukan dari
dokumentasi atau catatan resmi. Jika nanti sudah tidak ada yang memperbincangkan
KM Unair, bisa saja generasi penerus kita menganggap KM Unair tidak pernah
ada.
Ketiga,
memiliki
mindset aktivis mahasiswa tingkat universitas
Setahun BEM dan DLM Unair
vakum membuat aktivis yang berkiprah di tingkat universitas semakin sedikit.
Itulah yang menjadi masalah Unair saat ini. Para aktivis bertumpuk di fakultas
dan lebih nyaman membuat ‘dinasti’ di sana. Akhirnya kebutuhan KM Unair tingkat
universitas terbengkalai karena hampir semua kader aktivis ditarik ke fakultas
masing-masing.
Sosok pemimpin yang kita
harapkan tidak boleh berpaham Fakultasentris. Dia harus melepaskan
atribut ke-fakultas-annya dan total bekerja di tingkat universitas. Namun saya
tidak menafikan kalau pemimpin tersebut tetaplah mahasiswa fakultas, sehingga ia
bisa turun ke fakultas untuk koordinasi dan urusan
akademik.
Hemat saya, sosok-sosok
yang Universitasentris kemungkinan
besar muncul dari fakultas-fakultas kecil (jumlah mahasiswa dan jurusan sedikit)
dan baru. Kalau boleh sebut nama Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) dan
Fakultas Keperawatan (FKp). Mengapa? Karena fakultas yang sudah mapan biasanya
memiliki alur kaderisasi yang lamban. Tahun pertama jadi staf di Himpunan
Mahasiswa (Hima), tahun kedua di Departemen BEM, tahun ketiga baru bisa jadi
ketua Ormawa. Berbeda dengan fakultas kecil yang alur kaderisasi cepat: tahun
kedua sudah bisa jadi ketua BEM. Setelah purna jadi ketua BEM, masih ada
kesempatan untuk berkiprah di universitas. Tapi analisis ini tidak mutlak.
Tergantung pribadi yang menjalani.
Keempat,
mampu merangkul semua pihak
Selama beberapa tahun
terpecah belah, Unair membutuhkan sosok yang tidak hanya bisa merebut takhta,
namun juga menyatukan semua golongan, baik yang berasal dari fakultas maupun
dari kelompok ideologi. Dukungan dari semua pihak kepada pemimpin baru kita
sangat penting untuk keberlangsungan KM Unair ke depan. Bisa dibayangkan, jika
tidak ada dukungan memadai dari bawah, pemimpin terpilih hanya akan menduduki
singgasana tetapi tidak memiliki kekuasaan. Istilah yang saya gunakan di tulisan
sebelumnya ‘jabatannya tinggi, tetapi wewenangnya
NOL’.
Kelima,
berani bertindak konkret
Yang kelima ini barangkali
adalah yang paling penting untuk dimiliki. Karena selama ini kita masih sering
berkutat pada tataran rencana dan kajian-kajian, belum ada sikap yang jelas dari
KM Unair sendiri terkait permasalahan yang melanda. Untuk itulah KM Unair
membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menggerakkan, mampu mengkonversi rencana
menjadi tindakan. Tidak hanya pandai strategi, namun juga bisa memimpin
pertempuran di medan perang.
* *
*
Kelima poin di atas
hanyalah harapan saya pribadi yang tidak akan terwujud tanpa doa dan dukungan
teman-teman sekalian. Saya juga menanti tulisan teman-teman tentang sosok
pemimpin ideal harapan mahasiswa Unair. Bisa dikirim via email geaurizki@ikhwahgaul.com, format: Ms. Word, A4,
Font: Verdana (10pt), tidak ada batasan halaman (setengah halaman pun boleh).
Yang paling menarik akan mendapatkan hadiah sebuah buku dari saya (asyik gak
tuh!).
Terakhir, mari
bersama-sama berangkulan untuk mewujudkan KM Unair yang harmonis dan dinamis.
Unair, harapan itu masih ada! []gea
*) Penulis adalah Kadep Media Jaringan PK KAMMI Airlangga 2011-2012 dan Ketua BLM FKp Unair 2012 merangkap anggota MPM unsur DLM
*) Penulis adalah Kadep Media Jaringan PK KAMMI Airlangga 2011-2012 dan Ketua BLM FKp Unair 2012 merangkap anggota MPM unsur DLM
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHarus dipertajam lagi tulisannya. Intinya seperti yang sudah saya sms kan. :D
BalasHapusHaha.. didoktrin apa ma Januar? :D
BalasHapusMungkin dibutuhkan sebagai tambahan informasi, bisa buka http://www.scribd.com/doc/26407795/Laporan-Pertanggungjawaban-Bem-Unair-2009 atau http://www.docstoc.com/docs/36893216/LPJ-BEM-UNAIR-2009
Selamat berkarya!