Rabu, 03 November 2010

Indonesia Menangis (2)

Bencana Merapi

Metrotvnews.com, Jakarta: Letusan Gunung Merapi saat ini menjadi sorotan mata masyarakat di Tanah Air, dan bahkan dunia. Bukan kali ini Indonesia jadi perhatian dunia. Indonesia pernah menghebohkan dunia dengan letusan super besar gunung berapinya. Dan boleh jadi itu menjadi letusan mahadahsyat sepanjang sejarah manusia.

Sejumlah erupsi gunung berapi di Indonesia yang menghebohkan dunia, antara lain letusan Gunung Berapi Toba, Tambora dan Gunung Krakatau. Letusan ketiga gunung berapi itu mampu mengubah iklim dunia dan memorakporandakan musim panen di Eropa. Tidak heran jika dari ratusan gunung berapi di Indonesia, ketiga gunung itu mendapat julukan "Super Volcano".

Danau Toba bukan merupakan danau biasa. Ia sebetulnya adalah kawah raksasa hasil letusan Gunung Berapi Toba sekitar 70 ribu tahun lalu. Letusannya begitu besar sehingga abunya dapat ditemukan di lapisan sedimentasi tanah di berbagai macam lokasi di dunia.

Abu vulkanis menyelimuti atmosfer dan menutupi sinar matahari sehingga tercipta "musim dingin vulkanis" yang menurunkan temperatur dunia sebesar 3 sampai 5 derajat Celcius. Kini, Gunung Toba tidak aktif lagi dan telah menjadi atraksi wisata paling terkenal di Sumatra Utara.

Pada April 1815, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus. Suara letusannya begitu dahsyat, sehingga dapat terdengar sejauh 2.600 kilometer. Letusannya diikuti gelombang Tsunami yang besar yang melanda sebagian besar pulau-pulau di Indonesia.

Letusan Gunung Tambora yang masih aktif hingga kini sempat menurunkan suhu dunia sebanyak 0,7 derajat Celcius. Akibatnya banyak negara di dunia yang mengalami masalah panen karena abu vulkanis Tambora yang merebak kemana-mana.

Sekitar 70 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1883, terjadi letusan gunung yang paling dikenal dunia. Ya, itulah Gunung Krakatau. Dentuman Krakatau saat itu bisa memekakan telinga dan terdengar hingga Perth, Australia.(DSY)
 

 

Yogyakarta (ANTARA News) - Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat di dekat 13 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan dikabarkan telah ditemukan dalam kondisi selamat, tetapi fisiknya lemah, tidak jauh dari kediamannya di Dusun Kinahrejo yang berjarak sekitar enam kilometer dari puncak Merapi, Selasa malam.

"Juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat oleh salah seorang anggota tim pencari (SAR)," kata Komandan Pangkalan TNI AL Yogyakarta Kolonel Laut Aloysius Pramono, di Sleman, Rabu.

Ia mengatakan Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat tidak jauh dari rumahnya di Dusun Kinahrejo.

"Di Dusun Kinahrejo telah ditemukan 13 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi, salah seorang di antaranya dokter dari Kedokteran Polisi.

Menurut dia, satu orang wartawan ditemukan tewas di Dusun Kinahrejo, di dekat rumah Mbah Maridjan.

"Wartawan itu bernama Yuniawan Nugroho dari media online Vivanews.Com," katanya.

Menurut Aloysius, saat ini tim pencari dan evakuasi telah menghentikan pencarian korban, dan rencananya dilanjutkan pada pukul 05.30 WIB, Rabu.

"Pencarian korban sudah dihentikan pada pukul 23.30 WIB, karena terkendala cuaca terutama udara dingin," katanya.

Pencarian korban awan panas Gunung Merapi difokuskan di wilayah dua dusun yaitu Kinahrejo dan Turgo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Pencarian korban yang selamat maupun kemungkinan sudah meninggal, difokuskan di dua dusun kawasan selatan kaki Merapi yaitu Kinahrejo dan Turgo. Dua dusun ini paling parah diterjang awan panas gunung itu," kata Aloysius Pramono.

Ia mengatakan evakuasi korban berada di bawah komando Korem 072 Pamungkas. "Evakuasi korban awan panas Gunung Merapi di bawah komando Korem 072 Pamungkas Yogyakarta dengan mengikutsertakan sejumlah personel dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri," katanya.

Menurut dia, proses evakuasi korban membutuhkan gergaji mesin untuk memotong batang pohon yang tumbang yang menghalangi jalur evakuasi.

Ia mengatakan TNI AL menerjunkan 47 personel untuk membantu proses evakuasi korban, dan mereka disebar di beberapa wilayah pencarian.

Sementara itu, jumlah korban tewas hingga Selasa malam sekitar 15 orang, dan belasan korban lainnya mengalami luka bakar serta sesak napas.

Pakaian tahan panasTim SAR dan TNI AU berupaya mengevakuasi korban letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,Selasa malam dengan menggunakan pakaian tahan panas

Tiga relawan yang akan melakukan penyisiran di Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman yang mengalami kerusakan sangat parah akibat tersapu awan panas.

Relawan yang naik dengan menggunakan baju tahan api tersebut dari Pemadam Kebakaran Sleman yakni Satmawowargo, Indratno, dan Heru Sapto Priyo.

Diperkirakan di dusun ini banyak jatuh korban karena jaraknya hanya sekitar lima kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Doakan saja mas, semoga bisa membantu menyelamatkan korban," kata Satmawowargo di Posko Penanggulanan Bencana Sleman.

Sementara itu, data di Posko Utama Penanggulangan Bencana Sleman menyebutkan hingga kini tercatat jumlah korban sembilan orang.

Korban yang mengalami luka bakar sebanyak empat orang, yakni Ny Ratmi (30) warga Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan yang mengalami luka bakar 63 persen dan dirawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Kemudian Arif Candra (23) warga Kedungsriti, Umbulharjo, Cangkringan yang mengalami luka bakar 40 persen dan dirawat di RSUP DR Sardjito, Triwahyu (17) warga Kedungsriti yang mengalami luka bakar 40 persen di rawat di RSUP Dr Sardjito, Ny Pujo (68) warga Pakem, Hargobinangun mengalami luka bakar 60 persen, dan dirawat di RSUP Dr Sardjito.

Mugiyo warga Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan tewas di lokasi dan saat ini masih di RS Panti Nugroho Pakem, sedangkan Maulina (23) warga Hargobinangun mengalami sesak napas, Sri Yuliati (34) warga Dusun Gondang, Umbulharjo, Cangkringan mengalami sesak napas, dan Muji Taryo (50) wrga Ngrangkah, Umbulharjo, Cangkringan mengalami sesak napas.

Ditangani pemprov dan pemkabGubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan masa tanggap darurat bencana Gunung Merapi ditangani pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten Sleman.

Sultan HB X mengatakan hal itu ketika mengunjungi Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem, Kabupaten Sleman, yang menjadi tempat perawatan sejumlah korban awan panas Merapi.

Ia mengatakan saat ini bantuan medis juga sudah dikerahkan optimal untuk menangani korban awan panas gunung itu.

Usai mengunjungi korban di RS Panti Nugroho, Sultan HB X bergegas menuju beberapa tempat pengungsian warga yang wilayahnya berada di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi.

Sementara itu, sebanyak 14 korban awan panas Gunung Merapi hingga Selasa pukul 23.00 WIB masih dirawat di Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem, Kabupaten Sleman.

"Sedangkan korban meninggal teridentifikasi bernama Sugiman warga Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, dan satu korban lagi yang meninggal belum teridentifikasi," kata salah seorang relawan, Bambang yang ikut membawa korban ke Rumah Sakit (RS) Panti Nugroho, Pakem.

Menurut dia, Sugiman saat dibawa ke rumah sakit masih hidup, tetapi tidak lama kemudian nyawanya tidak tertolong.

"Kemungkinan masih ada korban meninggal lainnya yang belum dapat dievakuasi, karena sejumlah relawan bersama tim SAR dan TNI serta Polri masih melakukan penyisiran di beberapa desa yang diterjang awan panas," katanya.

Sementara itu, menurut salah seorang dokter di RS Panti Nugroho, dr Adi, dari 14 korban yang dirawat di rumah sakit ini, beberapa di antaranya harus dirujuk ke RS Sardjito Yogyakarta, karena mengalami luka bakar lebih dari 40 persen.

Menurut dia, korban awan panas Merapi sebagian besar warga Kinahrejo dan Kaliadem, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kawasan selatan kaki gunung itu.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Selasa malam, mengatakan, Gunung Merapi (2.965 mdpl) sudah masuk fase erupsi.

Gunung Merapi di perbatasan wilayah Provinsi DIY dan Jawa Tengah (Jateng) ini, pada Selasa memasuki fase erupsi dengan terjadinya awan panas berulang kali.

Luncuran awan panas pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB, kedua pada pukul 17.19, ketiga pukul 17.24 WIB, dan keempat pukul 17.34 WIB.
(ANT158/M008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar