Selasa, 07 Februari 2012

MIAS: Hari Keempat, Lengkap!


Sultoni Muslim (ketiga dari kiri) bersama peserta lain yang mengikuti DM3 Jawa Timur, 2011
Tidak seperti sebelum-sebelumnya, MIAS IV rangkaian persiapan pendelegasian pra-DM2 KAMMI Airlangga kali ini dihelat sejak pagi. Aura semangat akan kehausan ilmu tampak dari wajah-wajah kader yang hadir. Kemalasan pagi hari bagi sebagian orang sama sekali tidak tampak dari wajah cerah perserta. Pukul 09.30 MIAS dibuka dengan sangat ta’dzim oleh Kadept. Kaderisasi KAMMI Airlangga, akhina Bintang Gumilang. Selain dimulai pagi hari, hal yang membedakan lagi adalah MIS kali ini terbuka bagi semua kader yang ingin mengenal KAMMI lebih dalam. Sebab, MIAS terakhir ini adalah edisi spesial dengan menghadirkan pemateri special pula, yaitu Kadept Kaderisasi Pengurus Wilayah KAMMI Jawa Timur, akhi Sultoni Muslim.

Dihadiri oleh Ketua Umum KAMMI Airlangga, di depan peserta akh Sulton begitu bersemangat memaparkan materi MIAS dengan memberikan gambaran pengalaman dakwahnya mulai masuk kampus sampai berlaga di dunia persilatan dakwah kampus. Pengalaman sebagai takmir MRP UB selama empat tahun, Ketua Umum Mentoring UB sekaligus menjadi assabiqunal awwalun pelopor legalisasi mentoring, sampai menjadi Kadept. Kaderisasi KAMMI level komisariat, daerah, dan wilayah menjadikan wacana beliau tentang dakwah kampus begitu beragam dan komprehensif. Asam garam pengalaman dunia dakwah kampus menjadikan forum terasa hidup mengikuti setiap jengkal sejarah beliau.
Berbicara KAMMI, kader kelahiran Banyuwangi ini lebih fokus membicarakan masalah kaderisasi.
“Prinsip Kaderisasi yang pertama: rekrutmen kapan saja, dimana saja. Yang kedua: apa pun makanannya, minumnya teh botol Sosro. Yang ketiga: Kaderisasi Never Ending!”
Pengaderan menjadi hal yang sangat beliau perhatikan kewibawaannya. Dari pengaderan inilah terbentuk kader militan yang menjadi aset terbesar organisasi. Oleh karena itu, menurut beliau pengimplementasian Manhaj Kaderisasi KAMMI secara utuh menjadi hal yang harus senantiasa diupayakan.
Kalo kaderisasi tidak mempunyai wibawa, bagaimana orang bisa menghormati KAMMI?
Setelah rehat shalat Jumat, forum berlanjut sampai ashar tanpa diskusi seperti biasanya. Dengan dihadirkannya pemateri luar daerah dan selevel pengurus wilayah diharapakan mampu me-refresh paradigma ke-KAMMI-an kader. Keluasan wacana ke-KAMMI-an juga  sangat penting terlebih untuk calon peserta DM2, demikian ungkap ukhti Aisyah Sariasih selaku Sekdept. Kaderisasi KAMMI Airlangga. [bg]

Senin, 06 Februari 2012

MIAS: Hari Ketiga Ngomong Gerakan

Akhi Faiz memberikan materi kepada peserta MIAS #3
Masih bertempat di aula Masjidillah, MIAS hari ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Februari 2012. Peserta yang hadir 2 orang ikhwan dan 6 orang akhwat. Setelah dibuka dengan basmalah dan tilawah dari salah satu peserta, acara diawali dari pertanyaan yang dilontarkan oleh MCR, Bintang Gumilang, yang dirujuk dari artikel PP KAMMI “Mengapa dakwah di indonesia mengarah ke IM (Ikhwanul Muslimin –red)?” Kemudian MCR bercerita tentang sejarah IM di indonesia. Organisasi yang muncul saat itu, tidak lepas dari adanya pengaruh IM. Semangat untuk memperbaiki kondisi masyarakat melalui organisasi memunculkan berbagai macam gerakan, sebut saja NU, Muhammadiyah, Masyumi, dll. Di kalangan pelajar dan mahasiswa sendiri ada HMI dan PII.

Setelah sedikit bercerita, MCR menugaskan peserta untuk membuat sebuah analisis gerakan apa yang kira-kira cocok dengan 3 ranah yang disebutkan. Gerakan dalam ranah thulabi baik pelajar dan mahasiswa, mihany (profesi), dan parlemen. Peserta yang di bagi tiga kelompok dengan masing-masing permasalahan yang ditugaskan, diminta untuk menanalisis gerakan apa yang cocok di jalankan dengan mempertimbangkan sasaran, bagaimana kekhasan karakternya, hingga target ideal yang ingin dicapai apa. Selama kurang lebih 30 menit, peserta menganalisis dan hasilnya dipresentasikan untuk kemudian ditanggapi oleh peserta yang lain.

Diskusi berjalan seru, karena walaupun satu kelompok memiliki tugas masing-masing, hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa kelompok lain tidak memikirkan permasalahan yang sama. Yang terjadi banyak sangkalan, tanggapan, dan masukan yang disampaikan oleh kelompok yang lain.

Walaupun diskusi berjalan dinamis, mau tidak mau harus di akhiri, karena pemateri sudah hadir. Pemateri pada hari ketiga ini adalah aktivis yang pernah menjabat sebagai Mahasiswa Nomor 1 di Unair. Beliau adalah mantan Presiden BEM Universitas Airlangga tahun 2009, Ahmad Faiz Khudlari Thoha. Beliau mengingatkan tentang karakter agama islam yang syamil,  kamil, dan mutakammil. Hal ini untuk menekankan bahwa islam juga mengurusi masalah politik.

Di akhir sesi, pemateri menjelaskan hendaknya sebuah pergerakan memiliki manhaj ‘pertengahan’. Sehingga tidak mudah untuk menyalahkan orang lain, mengutamakan ayat muhkamat (jelas –ed) dari pada ayat mutasyabihat (meragukan/perlu penjelas –ed), dan tidak menolak masalah ijtihadiyah. Ketika di buka sesi tanya jawab, peserta antusias untuk bertanya, memperdalam pengetahuan mereka. Saking antusiasnya, waktu yang dimiliki tidak mencukupi, sehingga tidak semua pertanyaan dapat terakomodasi.

Setelah closing statement dari pemateri, acara di tutup dengan hamdalah dan do’a penutup majelis. Tidak lupa pesan untuk menyelesaikan penugasan bagi para calon peserta DM2. 

[rai/gea]

Sabtu, 04 Februari 2012

Merumuskan Sosok Pemimpin Mahasiswa Unair





Oleh Gading Ekapuja Aurizki*


Sudah dua tahun lebih kita tak lagi berbicara tentang siapa sosok pemimpin ideal. Sudah dua tahun lebih kita tak lagi memperbincangkan siapa yang pantas maju dan siapa yang lebih layak turun. Sudah dua tahun lebih obrolan hangat itu tak lagi kita rasakan. Obrolan tentang masa depan. Obrolan tentang figur pembawa perubahan.
Saya takut kita sudah mulai jengah, frustasi, bosan, bahkan mungkin putus asa dengan semua keadaan ini! Akhirnya kita TAK LAGI PERCAYA kalau pemimpin harapan itu akan DATANG. Namun saya lebih takut jika kita terlanjur frustasi, siapakah yang akan memvisualisasikan sosok ideal yang pantas memimpin kita nanti?

Jumat, 03 Februari 2012

Negeri 3 Masalah vs. Dakwah 4 Ranah



Oleh Gading Ekapuja Aurizki*
“Rakyat yang baik akan memiliki pemimpin yang baik. Kaum Muslimin disibukkan menumpuk harta, bermegah-megahan, hingga bagi mereka pun pemimpin yang lalim. Kelak, suatu masa, jika setiap orang kembali kepada Tuhan dan Nabi-Nya dalam berhukum, seorang pemimpin sholeh pasti naik takhta.” (Syaikh Azadi kepada Syaikh Habiburrahman – Takhta Awan h. 361-362)
Ketika membaca novel Takhta Awan sampai bagian ini saya jadi teringat percakapan Ali bin Abi Thalib ra. dengan seorang lelaki ketika beliau masih menjabat sebagai khalifah.

Pada suatu hari lelaki tersebut berkata kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, ketika Abu Bakar dan Umar –radhiyallahu 'anhum- memerintah kondisi Umat Muslim sejahtera, sedangkan pada masamu Umat Muslim penuh problema.” Dengan tenang Ali ra. menjawab, “Itu karena pada masa Abu Bakar dan Umar rakyatnya seperti aku, sedangkan pada masaku rakyatnya seperti kamu.”