Minggu, 25 September 2011

Yang Pertama, Sangar!


Rembug Peresmian Korps Alumni KAMMI Airlangga

24 September 2011 merupakan hari bersejarah bagi KAMMI Airlangga. Diawali dari kepedulian para mantan pejuang KAMMI Airlangga terhadap berbagai permasalahan yang melanda KAMMI belakangan ini, terbentuklah secara resmi Korps Alumni KAMMI Airlangga.

Terbentuknya Korps Alumni tidak lepas dari inisiasi DPO menyelenggarakan acara Temu Kangen Kader KAMMI Sepanjang Masa, yang bertempat di Warung Bakso BIMO Karang Menjangan, kemarin (24/9). Acara yang dimulai sekitar pukul 9.30 itu menghimpun massa sebanyak 20 orang, baik kader yang masih aktif maupun yang sudah purna. 20 orang itu akhirnya menyepakati terbentuknya Korps Alumni KAMMI Airlangga, dengan ketua pertama adalah akhina Yusup Effendi.

Terpilihnya laki-laki yang kerap dijuluki ‘Sangar’ itu tidak asal tunjuk, tetapi melalui mekanisme pemilihan langsung. Ada 3 calon yang diajukan, yaitu; Yayan Firmansyah (Ketua PK 2008/2009-2009/2010), Aditya Rosadi (Kadep Kebijakan Publik PK 2010/2011), dan Yusup Effendi (Ketua PK 2007/2008), yang pada akhirnya akhina Yusup lah yang terpilih.

Segera setelah terpilih, pria asli Lamongan itu mengobarkan semangat orang yang hadir pada acara itu. “Jika kita ingin menjadi orang besar, maka kita harus punya ide besar!” ucapnya tegas.

Sebelum dibentuk kabinet yang akan mengurus Korps Alumni, ditunjuk Koordinator Alumni tiap angkatan. Para koordinator itu adalah; Dibyo, SH (Koord. Angkatan 2002), Nurul Anwar (Koord. Angkatan 2003), SH, Heru, S.IP (Koord. Angkatan 2004), Krisna (Koord. Angkatan 2005), Yayan Firmansyah, SE. (Koord. Angkatan 2006), dan Aditya Rosadi, SH (Koord. Angkatan 2007). Untuk 2008 ke bawah, belum ada koordinator karena belum ada alumninya.

Adanya Korps Alumni bagaikan oase di padang tandus bagi Pengurus Komisariat (PK). Sebelumnya, PK begitu kesulitan untuk menghubungi alumni jika ada suatu keperluan, baik itu keperluan terkait moral maupun finansial. Namun, dengan terbentuknya Korps Alumni, PK tidak perlu pusing lagi dengan berbagai permasalahan tersebut. Korps Alumni –insya Allah- siap menyokong dana dan support moral untuk para Ksatria Airlangga yang masih berjuang di kampus.

Semoga dengan terbentuknya Korps Alumni KAMMI Airlangga ini, ukhuwah PK dan para alumni semakin terjaga. Dan semoga para alumni lain juga segera ikut bergabung untuk meneguhkan barisan kebaikan di Bumi Airlangga tercinta. []gea

Sabtu, 27 Agustus 2011

Ngopi II : Telaah Biografi Muhammad Natsir

KARANG MENJANGAN – Sabtu (20/8) kemarin KAMMI Airlangga kembali menggelar NGOPI (Ngobrol Politik) chapter II. Berbeda dengan NGOPI chapter I yang diselenggarakan pada tanggal 21 bulan Juli lalu, NGOPI ke-2 menjadi satu rangkaian dengan gelaran SEMARAK-AIR Ramadhan 1432H dari Pengurus Komisariat KAMMI Airlangga 2011-2012.

Ngopi kali ini bertemakan ‘Telaah Biografi Muhammad Natsir’, dengan pembicara Ustadz Masykur Ismail, Jurnalis InPAS yang merangkap menjadi anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.

Ust. Masykur memulai penjelasan dengan mengurai biografi lengkap M. Natsir. Dari sana diketahui kalau selain terkenal dengan Mosi Integralnya, M. Natsir juga dikenal dunia internasional karena kemampuan lobying yang sangat handal. Salah satu Perdana Menteri pada era Republik Indonesia Serikat (RIS) itu juga menguasai berbagai macam bahasa. Bahkan, lebih dari sepuluh bahasa dia kuasai dengan fasih dan lancar. Selain itu, Natsir juga sangat lihai dalam berperang kata-kata melalui tulisan. Banyak tulisannya yang dimuat di media massa Belanda pada zaman itu.

Dengan indikator banyaknya informasi yang dibagikan, menandakan kalau uraian pemateri tentang M. Natsir cukup mendalam. Barangkali terkesan berat untuk yang tidak terbiasa bergumul dengan sejarah. Apalagi di antara peserta ada yang mahasiswa baru. Namun di balik itu semua, informasi tentang M. Natsir begitu banyak yang dibagi, sehingga para peserta Ngopi II terbuka wacana dan wawasannya.

Setelah penyampaian materi selesai, acara dilanjutkan dengan diskusi. Cukup banyak yang mengacungkan tangan, baik laki-laki maupun perempuan. Semua pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mulai dari Natsir sebagai guru sampai kaitan Muslim Negarawan dengan sosok M. Natsir. 


Acara Ngopi II ini bertempat di Depot Bakso Bimo Karang Menjangan. Tentu pilihan panitia tidak sembarangan. Keputusan dijatuhkan setelah memikirkan berbagai pertimbangan. “Karena bertepatan dengan Ramadhan, kalau tempatnya di depot bakso bisa langsung sekalian buka bersama di sana.” Pikir Bintang, Ketua Departemen Kebijakan Publik sekaligus penanggung-jawab Ngopi. [gea]

Minggu, 14 Agustus 2011

Pawai Anak Sholeh Bareng KAMMI

Kereta Kelinci yang Mengantar Peserta Keliling UNAIR Kampus C

MULYOREJO – Masih dalam rangkaian acara SEMARAK-AIR, KAMMI Airlangga kembali menyelenggarakan kegiatan untuk masyarakat. Kemarin (13/8), para kader KAMMI Airlangga bersama anak-anak dari masyarakat Mulyorejo Tengah melakukan pawai keliling kampus C Universitas Airlangga (Unair) naik kereta kelinci.

Acara yang dimulai selepas Ashar itu diikuti lebih dari 30 anak. Mereka berasal dari beberapa gang di sekitar kantor Komisariat KAMMI Airlangga. Baik laki-laki atau perempuan, yang masih balita maupun sudah menginjak remaja, mereka bercampur menjadi satu untuk mengikuti kegiatan yang diadakan panitia.

Sebelum kereta datang, adik-adik dibekali sebuah bendera kecil bergambar lambang KAMMI. Panitia juga mengajari adik-adik menyanyi dan meneriakkan yel-yel anak sholeh. Bisa dibaca dari mimik wajah mereka, peserta yang rata-rata masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) tersebut menikmati sajian yang diberikan oleh kakak-kakak panitia.

Tepat pukul 4 sore, kereta kelinci yang ditunggu-tunggu datang. Tanpa dikomando, adik-adik langsung berhamburan untuk mencari tempat duduk di kereta. Dari tempat pemberangkatan di depan gang V Jl. Mulyorejo Tengah, adik-adik sudah didorong untuk bernyanyi dan bershalawat. Pun ketika sedang berada di perjalanan. Suasana jalan raya menuju kampus Unair semakin ramai dengan kehadiran mereka.

Setelah berjalan melintasi beberapa fakultas di kampus C Unair, kereta yang membawa peserta berhenti di depan Gedung Rektorat. Dari sana mereka diajak berjalan melewati pinggir danau menuju lokasi patung Prabu Airlangga. Di depan patung tersebut, adik-adik terlebih dahulu berfoto bersama.

Acara puncaknya adalah ketika adik-adik diminta duduk setengah melingkar di rumput. Di sana, panitia mengajari peserta bernyanyi dan bermain tebak-tebakan islami. Meskipun tidak sepenuhnya tertib, karena ada beberapa peserta yang berlarian kesana kemari, namun secara keseluruhan acaranya terangkum apik. Menurut salah seorang panitia, acara Pawai Anak Sholeh ini merupakan perpaduan antara kegiatan rekreasi, edukasi Islami, dan motivasi.


Sore itu, acara diakhiri dengan pembagian snack kepada peserta. Tetapi sebelum diberi snack, peserta harus masuk ke gerbang yang dibuat oleh dua orang pantia akhwat (perempuan). Peserta berbaris ke belakang seperti kereta, dan masuk satu persatu untuk menerima snacknya.

Setelah acara Pawai Anak Sholeh berakhir, agenda KAMMI Airlangga para Ramadhan kali ini belumlah usai. Masih ada beberapa agenda lagi yang menanti, seperti; Lomba Anak Sholeh, Talk Show ‘Mahasiswa Ranah 3 Karya’, dan NGOPI (Ngobrol Politik) dengan tema: Telaah Biografi M. Natsir. [gea]





Surabaya, 18 Agustus 2011


Bonus Foto-foto Kegiatan:
Panitia dan adik2 foto bareng

Press release kepada pengguna jalan

Mas Risqi Hasan, Direktur SosMas

Di depan Patung Prabu Airlangga

Alhamdulillah..Luar biasa..Allahu Akbar!!

Pada zaman dahulu.....

Ada yang mau hadiah (uang Rp 50.000)

Berkibarlah KAMMI

Kamis, 11 Agustus 2011

Bioskop Mini: "Islamic Movie for 100 Children"

Gambar 1. Langgar Waqaf Al-Hidayah jadi Bioskop Mini
Kemarin (7/8) para kader KAMMI Airlangga 2011-2012 mengadakan acara Bioskop Mini: "Islamic Movie for 100 Children". Acara ini diselenggarakan di Langgar Waqaf Al-Hidayah Jl. Mulyorejo Tengah gg. Salim no. 8, Surabaya.

Acara tersebut terselenggara atas kerjasama Departemen Kaderisasi dan Lembaga Semi Otonom Sosial Kemasyarakatan KAMMI Airlangga. Acara Bioskop mini ini adalah acara pertama dari rangkaian SEMARAK-AIR, yang merupakan event menyambut Ramadhan yang diselenggarakan oleh KAMMI Airlangga.

Acara dimulai tepat setelah sholat Ashar. Anak-anak dari gang Salim, gang V, dan gang Langgar Jl. Mulyorejo Tengah berbondong-bondong datang ke tempat acara. Banyak diantara mereka yang datang bersama teman-temannya, ada yang bersama kakaknya, ada juga yang diantar ibu-bapaknya. Semuanya berjumlah lebih dari 30 anak.
Gambar 2. Peserta memenuhi tempat acara
Agenda pertama adalah menonton film. Filmnya beragam, dari Upin & Ipin, Doraemon, sampai Film Anak Sholeh dan Bernard Bear. Meskipun terkesan tidak teratur, itu tidak menjadi kendala. "Yang penting adik-adik senang," kata salah seorang panitia.

Setelah menonton Film, adik-adik diberi pertanyaan kuis. Siapa yang bisa menjawab, dia akan mendapatkan hadiah. Pertanyaannya cukup mudah, sehingga membuat adik-adik antusias. Bahkan mereka sampai berebut mengacungkan tangan.
Gambar 3. Ketumsat KAMMI Airlangga menyerahkan hadiah kepada peserta
Gambar 4. Peserta antusias mengacungkan tangan
Hadiah tidak hanya diberikan bagi mereka yang bisa menjawab pertanyaan panitia, namun juga bagi yang secara tepat menghafalkan surat-surat pendek Al-Qur'an. Meskipun masih kecil, banyak yang sudah mengafal surat-surat pendek Juz Amma. Itulah yang membuat panitia sumringah karena sambutan dari adik-adik peserta sangat positif.

Tujuan diadakan acara ini sendiri adalah untuk edukasi bagi adik-adik tentang ramadhan. Selain itu KAMMI ingin hadir di tengah-tengah warga sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. "KAMMI tidak hanya dikenal turun ke jalan dan aksi, tetapi juga dikenal simpatinya kepada masyarakat." tutut Mahendra, penanggung jawab acara.

Di penghujung acara, panitia membagi-bagikan jajan kepada peserta. Setelah itu ada pendaftaran "Lomba Anak Sholeh" yang akan diadakan pada tanggal 14-15 Agustus 2011 nanti.
Gambar 5. Direktur LSO Sosmas menyerahkan jajan kepada adik-adik
Lomba Anak Sholeh ini juga merupakan rangkaian kegiatan SEMARAK-AIR. Berbagai macam lomba diadakan antara lainl; adzan iqamat, menggambar, dan hafalan surat pendek. "Alhamdulillah, banyak yang ikut. Namun sayang, (untuk peserta laki-laki) yang ikut lomba hafalan Qur'an sedikit." [gea]

Bonus Foto Kegiatan:

Peserta yang satu ini NARSIS banget! ^^

Kita CS-an bro...

Tiada Surabaya tanpa Bonek.. KAMMI Bonek

Penyerahan hadiah..

No Comment! ^^

Ada apa dik?

Peserta berebut mendaftar Lomba Anak Sholeh

Mahendra, si pemandu acara lagi serius

Adik: "Mas, minta sangunya dong!" Mas: "Entar aja, belum lebaran juga."

"Maaf ya mbak kalau selama acara saya nakal."

Nyanyi...nyanyi...nyanyi...

Apakah engkau menerima cinta Mas, Dik? :p


Jumat, 22 Juli 2011

Ngopi Bareng KAMMI I

Gambar 1. Peserta (ikhwan) dan tiga narasumber Januar (tengah), Arif, dan Anshori
Tak kurang dari 25 orang memenuhi ruangan lantai 2 Masjidillah, kemarin (21/7). Mereka adalah para kader KAMMI Airlangga yang sedang ‘Ngopi’, alias Ngomong Politik. Ngopi adalah salah satu program KAMMI Airlangga 2011-2012, yang ditangani oleh departemen Kebijakan Publik (KP).

Ngopi yang diselenggarakan pertama kali ini membahas tentang konspirasi yang dilakukan rektorat Unair. Ini merupakan wujud respon tanggap KAMMI terhadap isu campur tangan rektorat dalam pemerintahan keluarga mahasiswa. Lebih mendalam, pembahasannya mengerucut pada deradikalisasi gerakan mahasiswa kampus, atau lebih dikenal sebagai Neo-NKK/BKK.

Pada Ngopi kali ini, KAMMI mendatangkan tiga narasumber. Dua orang adalah para ahli yang juga mantan pejabat mahasiswa di Unair, yaitu Hidayat Anshori, SH (mantan Menteri Kebijakan Publik BEM Unair 2009), dan Januar Adi Sagita, S.IP, (mantan Ketua DLM Unair 2009). Ditambah, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair yang sampai saat ini masih menjabat, Arif Fatchurahman.

Acara yang dimulai jam 13.30 itu diawali pemaparan oleh salah satu ketua BLM Fakultas terkait surat undangan bernomor 12600a/H3/LL/2011 dan bertandatangan rektor Unair, Prof. Fasich, Apt. Dalam surat tersebut tertulis bahwa akan ada penjelasan tentang Organisasi Mahasiswa Universitas Airlangga pada tanggal 15 Juli 2011, di Ruang Sidang Pleno Lantai 3 Rektorat. Undangannya terbatas, hanya untuk Ketua BEM Fakultas, Ketua BLM Fakultas dan sekretarisnya. Surat itulah yang menjadi indikator, bahwa rektorat sudah mulai mencampuri urusan keluarga mahasiswa Unair. Implementasinya dengan merubah format pemerintahan mahasiswa menggunakan SK Rektor.

Setelah pemaparan berakhir, moderator acara langsung meminta para narasumber untuk memberikan kajian berdasarkan keahlian masing-masing. Pertama, Hidayat Anshori yang mengambil sudut pandang hukum dan perundang-undangan. Pemuda kelahiran Blora ini berkata, “jika rektorat merubah bentuk pemerintahan mahasiswa menggunakan SK Rektor, berarti rektorat melanggar sekurang-kurangnya tiga peraturan yang berlaku.” Tiga peraturan yang dimaksud adalah SK Mnteri Pendidikan dan Kebudayaan 155/U/1998, Statuta Unair BHMN, dan Konstitusi 2000 Keluarga Mahasiswa Unair amandemen II.
Gambar 2. Peserta Ngopi (akhwat) mencermati pemaparan narasumber
Kedua, Januar Adi Sagita yang mengambil sudut pandang politik. Dijelaskan bahwa tindakan rektorat membawa kepentingan golongan tertentu. Dengan adanya ahli hukum yang berada di rektorat, tidak mungkin mereka begitu gegabah dalam mengambil keputusan. Apalagi yang berkaitan dengan legal-ilegalnya suatu keputusan. Hanya politik dan kepentingan yang membuat orang melek hukum mempermainkan peraturan yang mereka pahami dan mereka sepakati.

Ketiga, Arif Fatchurahman yang banyak memberikan tinjauan empirik. Laki-laki yang hampir dua tahun menjabat Presiden BEM Unair ini menjelaskan terkait usaha lobying yang dilakukan BEM Unair. Dia juga menyinggung kondisi yang dihadapi mahasiswa jika BEM Unair tidak ada. Pemuda kelahiran Blitar ini berkata, “akhir-akhir ini saja sudah banyak tes case yang diberikan kepada mahasiswa, mulai dari Pemira, IKOMA, sampai yang terbaru SP3.”

Hampir dua jam, dipotong waktu Ashar, para kader KAMMI mendengarkan pemaparan dari narasumber. Setelah itu mereka melakukan diskusi dan tanya-jawab. Pertanyaan yang diajukan beragam, mulai dari terlibatnya ormek lain seperti GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), sampai latar belakang rektorat mengeluarkan keputusan yang bisa menjegal independensi gerakan mahasiswa.

Ngopi selesai sekitar pukul 5 sore. Setelah mendapatkan berbagai wawasan tentang kepentingan politik rektorat, departemen Kebijakan Publik memberikan tugas baca dan tulis untuk Ngopi bulan depan. Tugas bacanya adalah biografi M. Natsir, disertai tugas menulis resensinya.

Terakhir, Ngopi kemarin ditutup dengan teriakan takbir bersama-sama, “Allahu Akbar!” [gea]

Selasa, 19 Juli 2011

Kospirasi Rektorat: Deradikalisasi Gerakan Mahasiswa

Oleh: Bintang Gumilang[i]

Bermula dari wacana tertutup yang akhirnya terbongkar juga, konspirasi rektorat ‘selingkuh’ dengan BEM Unair semakin jelas juntrungnya. Surat undangan tertanggal 7 Juli 2011 kepada Ketua BEM Fakultas, Ketua BLM Fakultas, dan Sekretaris BLM Fakultas se-Unair merupakan barang bukti tak terelakkan[ii]. Surat bernomor 12600a/H3/LL/2011 itu ditujukan kepada mereka yang dianggap memiliki pengaruh untuk kepentingan bias yang belum bisa ditebak ada apa di balik semua ini. Kebiasan ini dapat disimpulkan dari agenda undangan yang rancu secara substansial. Kenapa rancu? Sebab, agenda yang sebenarnya akan dilaksanakan pada hari jumat tanggal 15 Juli 2011 di Ruang Sidang Pleno Lantai 3 Pusat Manajemen Unair itu, yang tertulis adalah Penjelasan tentang Organisasi Mahasiswa Universitas Airlangga. Jika penjelasan yang dimaksud pada undangan tersebut adalah tentang ORMAWA universitas, pertanyaan mendasar yang harus dijawab adalah mengapa BEM dan BLM Unair tidak termasuk bagian yang diundang? Dan yang lebih mengherankan lagi adalah yang bertanggung jawab atas surat tersebut. Sebab, undangan yang hanya ditujukan kepada BEM dan BLM Fakultas yang bertanda tangan dan mengundang langsung adalah rektor, Prof. Fasich, Apt! Apa maksud di balik semua ini? Biar waktu yang akan menjawabnya.

Menelisik kebiasan hal ini, penulis lebih prefer menyebut semua kejanggalan yang terjadi dengan istilah konspirasi. Sekalipun belum ada kejelasan konspirasi apa yang disiapkan oleh rektorat, namun semua kejanggalan ini mengarah pada satu hal: DERADIKALISASI GERAKAN MAHASISWA. Mengapa? Simak ulasannya di bawah ini.
Menilik kembali beberapa bulan yang lalu, suksesi BEM Unair yang harusnya telah berlangsung sampai saat ini belum ada kejelasannya. Terhentinya roda organisasi tertinggi mahasiswa ini dipengaruhi banyak faktor. Beberapa faktor utamanya berkaitan dengan Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM). Dalam perkembangannya, DLM yang bertugas memilih dan menetapkan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) dan Panitia Pegawas Pemilu[iii] belum menyelesaikan tugasnya dengan tuntas. Sebab, terbentuknya KPUM ini yang akan menjadi awal terlaksananya amanat PEMIRA[iv]. Sehingga, selama tugas ini belum diselesaikan maka status ORMAWA, khususnya DLM, akan menggantung. Sebab, selama belum terbentuk dan ditetapkannya kepengurusan baru maka kepengurusan DLM saat ini masih belum berakhir[v]. Dengan status yang belum berakhir ini, DLM masih berkesempatan menyelesaikan semuanya. Namun, isu yang beredar mengapa DLM tidak bisa menyelenggarakan PEMIRA selain karena Ketua DLM yang sudah ‘lepas tangan’, adalah karena rektorat yang tidak mendukung dan tidak bersedia memfasilitasi pendanaannya dengan dalih masa kepengurusan DLM yang sudah berakhir. Entah isu ini benar atau tidak, namun nyata tak bisa dipungkiri sampai detik ditulisnya tulisan ini PEMIRA masih belum berlangsung.

Terlepas dari berbagai isu tersebut, penulis ingin menyoroti kebijakan tak tertulis rektorat yang tidak mendukung terlaksananya PEMIRA. Secara struktural sebagai organisasi kemahasiswaan, DLM maupun BEM berada di bawah konstitusi Unair. Sehingga pengaturan akan hak dan kewajiban serta hubungan hierarki antara birokrasi dan ORMAWA pun telah diatur. Jika rektorat mau membubarkan ORMAWA pun bisa saja. Di sisi lain, secara kultural adanya ORMAWA adalah sebagai pelaksana amanat mewujudkan tujuan Unair. Adanya ORMAWA juga membantu rektorat dalam proses internalisasi semangat Excellence With Morality kepada mahasiswa. Hal ini terbukti dari aktivitas eksekutif mahasiswa yang senantiasa melakukan pencerdasan mahasiswa baik melalui aktivitas keilmiahan, leadership, maupun aktivitas advokasi kepada masyarakat dan masih banyak lagi. Apakah sikap tidak mendukung PEMIRA tersebut adalah pernyataan tak langsung tidak butuh lagi dengan ORMAWA? Jika memang eksistensi ORMAWA masih dirasa penting untuk kepentingan rektorat dalam mewujudkan tujuan Unair yang juga selaras dengan kepentingan bangsa serta sesuai dengan idealisme mahasiswa maka layaklah bila pihak rektorat memberikan mahasiswa hak untuk menempatkan dirinya sesuai dengan fungsi idealitas mahasiswa baik sebagai agent of change, moral force, iron stock, maupun agent control terhadap kebijakan birokrasi yang tidak sejalan dengan hati nurani. Dengan kata lain, PEMIRA sesuai dengan konstitusi mahasiswalah yang patut menjadi acuan gerakan mahasiswa, bukan dengan SK Rektor.

Yang penulis khawatirkan lebih jauh—terlepas dari mekanisme teknis di atas—sebenarnya adalah konspirasi di balik itu semua. Jika kita mau menilik lebih dalam dengan memperhatikan sejumlah kebijakan dan fenomena sebelumnya, baik isu NII, kenaikan SP3, pembentukan organisasi mahasiswa bidik misi yang kurang jelas urgensinya, sampai wacana mekanisme baru pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair yang diatur dengan SK Rektor, penulis pikir serentetan fenomena yang rapi ini tidak terjadi begitu saja. Walaupun memang ada fenomena yang terbilang insidental, seperti kasus NII—walau sebenarnya penulis pikir ini adalah bagian dari setting intelijen sebagai bentuk pelemahan gerakan Islam, namun fenomena yang lain mengarah pada hal yang sama seperti yang menjadi tagline besar tulisan ini.

Coba kita mengandai bila SK Rektor mengatur ORMAWA diketok. Kebijakan mahasiswa dalam sisi evaluasi, koreksi, edukasi, dan internalisasi nilai idealisme mahasiswa akan terkooptasi oleh kendali rektorat dengan SKnya. Berbagai aturan tambahan sangat mungkin diadakan—tepatnya diada-adakan—apabila pengaturan ORMAWA ini berhasil digoalkan. Semakin pengaturan tersebut dikendalikan oleh pihak birokrasi maka semakin kecil pula landasan mahasiswa dalam menyalurkan maupun mengambil kebijakan baik dari segi konstitusi maupun segi filosofis lainnya. Mahasiswa tidak lagi memiliki pegangan dalam ‘memaksakan’ kebaikan yang dianggapnya benar pada pihak birokasi, selain aksi demonstrasi tentunya. Dengan SK tersebut tidak hanya sistem yang akan berubah, namun bisa jadi orang-orang yang masuk dalam sistem tersebut sangat mungkin terbatasi dengan politisasi konsitusi yang telah diatur sedemikian rupa.
Beralihanya sistem student government yang awalnya murni berasal dari idealisme mahasiswa menjadi sistem yang terintervensi sehingga tak layak lagi disebut student government. Semua hal di atas berakibat pada pergeseran fungsi mahasiswa yang harusnya menjadi pihak yang independen menjadi pihak yang dimanfaatkan oleh kepentingan sepihak. Segala fungsi mahasiswa sebagai agent of change, moral force, iron stock, terlebih agent control akan tinggal cerita. Mahasiswa menjadi tak bernyali, tak berprinsip, dan parahnya mahasiswa akan kehilangan idealismenya. Idealisme mahasiswa tidak lagi radikal[vi]. Proses distorsi idealisme mahasiswa tersistematis inilah yang disebut sebagai deradikalisasi gerakan mahasiswa.



__________________________________________
[i] Bintang Gumilang adalah salah satu anggota BEM fakultas di Unair. Selain di BEM, dia juga aktif dalam organisasi mahasiswa ekstra kampus di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan menjabat sebagai Ketua Departemen Kebijakan Publik (KP) KAMMI Airlangga periode 2011-2012 di bawah kepemimpinan Rahmat Wahyudi. [CP: 085655227515, Email: aihoshichi@yahoo.com, Website: http://bintangumilang.wordpress.com]

[ii] Penulis mendapatkan surat tersebut dari salah satu Ketua BLM fakultas di kampus C. Beliau bertutur bahwa undangan ini hanya diketahui oleh beberapa orang saja, mengingat angkatan 2008 yang secara angkatan mayoritas menjabat sebagai stakeholder kebijakan ORMAWA fakultas sedang melangsungkan KKN atau PKL di luar kota Surabaya.

[iii] Lihat KONSTITUSI 2000 KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA (AMANDEMEN II) BAB VI, Pasal 17, poin ke-5. Cukup jelas.

[iv] Lihat KONSTITUSI 2000 KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA (AMANDEMEN II) BAB XI, Pasal 34, poin ke-9. Cukup jelas.

[v] Lihat KONSTITUSI 2000 KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA (AMANDEMEN II) BAB VI, Pasal 20, poin ke-2. Bunyi poin ini adalah Periode kepengurusan DLM Unair berlaku satu tahun kepengurusan sejak ditetapkan oleh MKM Unair dan berakhir sampai penetapan DLM Unair baru oleh MKM Unair

[vi] Radikal secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu radix yang artinya berakar. Dalam kamus Indict radikal dalam kata sifat berarti sampai ke akar-akarnya. Secara istilah, radikal dalam konteks Indonesia lebih cenderung dimaknai sebagai sutau sifat yang menginginkan perubahan secara drastis dengan menggunakan kekerasan. Istilah ini mengalami peyorasi (prgeseran makna berkonotasi buruk) yang biasanya lekat dengan gerakan agama. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Sejatinya kata radikal lebih bermakna positif. Bila dikembalikan pada arti etimologisnya, seseorang dengan pemahaman yang radikal artinya seseorang tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang jauh, mendalam, atau mengakar. Sebagai seorang insan intelektual yang diberi akal, artinya manusia seharusnya memiliki pemahaman yang radikal akan eksistensinya, akan keberadaannya, untuk apa dia ada. Begitu juga dengan mahasiswa. Dalam bergerak, artinya mahasiswa harus memiliki pemahaman yang mengakar dalam pergerakannya. Untuk itulah penulis rasa tidak berlebihan apabila gerakan mahasiswa disebut sebagai gerakan yang radikal.

Senin, 18 Juli 2011

Konspirasi Rektorat: Wacana Mekanisme Baru Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM Diatur SK Rektor, Neo-NKK/BKK Orde Reformasi?



Oleh. Bintang Gumilang[i]

Dinamika kampus memang tidak bisa ditebak gelombangnya. Di tengah kegelisahan masyarakat kampus akan nasib BEM Unair[ii] yang tak kunjung melakukan suksesi, ternyata manuver ‘berani’ yang dilakukan rektorat sebagai institusi tertinggi untuk ‘memperbaiki’ kondisi ORMAWA[iii] kita. Entah kata ‘berani’ atau ‘nekat’ yang benar, ‘memperbaiki’ atau justru ‘memperparah’ yang lebih tepat, penulis kembalikan kepada para pembaca untuk menilainya. Manuver yang dimaksud di atas adalah wacana mekanisme baru pemilihan ketua dan wakil ketua BEM Unair yang diatur dalam sebuah SK Rektor.

Wacana ini mencuat ke permukaan—walau sejatinya sifatnya cenderung tertutup (atau ditutup-tutupi?), semenjak adanya kabar bahwa ORMAWA salah satu fakultas di kampus C telah mendapatkan sosialisasi wacana tersebut. Kabar ini diperkuat dengan berita dari salah seorang pengurus BEM fakultas yang berbeda di kampus C yang menyatakan bahwa pihak dekanat fakultas akan bertemu dengan perwakilan mahasiswa untuk menyosialisasikan wacana tersebut[iv]. Dan walhasil kabar tersebut penulis pastikan benar ketika pihak dekanat fakultas mengundang perwakilan mahasiswa untuk sosialisasi dan penulis berkesempatan hadir dalam forum tersebut[v].

Forum yang penulis hadiri adalah forum yang langsung dihadiri oleh Dekan fakultas, Wadek 2, dan Kasubag Kemahasiswaan. Pada intinya forum tersebut mewacanakan dan mencoba memahamkan mahasiswa tentang kondisi ORWAMA Unair yang dinilai tidak jelas. Sehingga, pihak atasan berpendapat harus segera ada tindaklanjut terkait hal ini dengan mengikuti arahan dari rektorat. Adapun tahapan mekanisme baru pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair yang disampaikan pihak dekanat di fakultas adalah sebagai berikut[vi]

1. Adanya perwakilan kelas yang kemudian menjadi calon Ketua atau Wakil Ketua BEM fakultas[vii].
2. Mekanisme pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM fakultas tidak disampaikan secara rinci oleh dekanat, sehingga sangat memungkinkan mekanisme pemilihannya mengacu pada kearifan lokal fakultas masing-masing.
3. Ketua dan Wakil Ketua BEM fakultas terpilih. Namun dalam tingkatan pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair yang memiliki hak suara hanyalah Ketua BEM fakultas.
4. Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair muncul dari pasangan mahasiswa yang mengajukan diri.
5. Pemilihan para calon pasangan Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair dipilih oleh Ketua BEM fakultas.[viii]
6. Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair terpilih.

Mekanisme ini dinilai baik oleh dekanat dengan berbagai alasan yang terkesan dipaksakan. Adapun sejumlah alasan tersebut adalah mekanisme ini dinilai hemat biaya daripada Pemilihan Umum Raya (PEMIRA) seperti yang dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya. Alasan lainnya, mekanisme tersebut sebagai alternatif untuk melibatkan seluruh mahasiswa. Sebab, pihak dekanat menilai persentase pemilih saat PEMIRA relatif kecil sehingga kurang representatif. Alasan berikutnya adalah karena ORMAWA di fakultas lain ada yang tidak cocok dengan sistem PEMIRA[ix] sehingga hubungan dengan BEM Unair. Dan beberapa alasan lain yang kurang penting untuk menjadi pertimbangan.

Secara umum, memang sejumlah alasan rektorat yang disampaikan dekanat ada benarnya. Namun, coba ditilik kembali sejumlah alasan tersebut dengan menghubungkan tawaran rektorat. Jika alasannya adalah karena masalah biaya, memang tidak bisa dipungkiri bahwa PEMIRA menghabiskan dana yang lebih banyak. Namun, apakah kemudian rektorat tidak mampu membiayai pengadaan PEMIRA? Dengan intransparansi dana yang sampai sekarang menjadi masalah bagi mahasiswa, membuat alasan ini terlalu dibuat-buat. Bila memang tidak mampu membiayai, rektorat tinggal menunjukkan penganggaran dananya sehingga mahasiswa bisa memaklumi dan wacana tersebut menjadi pertimbangan. Jika alasannya adalah tidak representatifnya pemilihan, coba bandingkan dengan mekanisme yang hanya dipilih oleh perwakilan mahasiswa fakultas aka. Ketua BEM fakultas. Bukankah hal ini justru kurang bisa merepresentasikan aspirasi mahasiswa? Semakin sedikit pemilih otomatis, usaha menghimpun aspirasi dari khalayak yang lain menjadi tuntutan yang semakin besar. Dan penulis pesimis bila para wakil fakultas tersebut murni menampung aspirasi seluruh mahasiswa di fakultasnya. Cara ini lebih sarat akan subjektivitas individu. Subjektivitas ini cenderung berpotensi membawa kepentingan tertentu. Sehingga pintu praktik politik praktis lebih lebar. Dan jika alasannya adalah karena ada sejumlah kecil fakultas yang tidak menerima sistem PEMIRA, timbul pertanyaan yang lebih menggelikan lagi. Jika yang dipermasalahkan adalah jumlah yang lebih kecil, mengapa harus mengubah sistem mekanisme dan mengorbankan jumlah mayoritas yang telah sepakat? Bukankah akan lebih bijak bila yang ‘dikondisikan’ adalah pihak minoritas?

Terkait pengadaan mekanisme baru pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM yang diatur dengan SK Rektor ini juga memiliki satu titik kelemahan utama di samping argumen di atas. Titik kelemahan tersebut adalah pada aspek konstitusi. Secara sepihak rektorat memang bisa memaksakan kehendak dengan mengeluarkan SK Rektor yang mengatur mekanisme pemilihan tersebut. SK itu memang memiliki legalitas. Namun, bila hal tersebut dipaksakan, tunggu saja gedung rektorat akan segera dipenuhi mahasiswa yang sudah muak dengan konspirasi rektorat. Bagaimana tidak muak bila ORMAWA yang seharusnya menjadi sarana dialektika mahasiswa untuk menentukan arah pergerakannya sendiri dalam bentuk pemerintahan mahasiswa (student government) diintervensi oleh kepentingan rektorat? Bagaimana tidak muak bila konstitusi mahasiswa[x] yang telah dirumuskan dengan susah payah sesedemikian rupa teronggok bak sampah tak tergubris sama sekali tergantikan secara sepihak dengan SK Rektor? KONSTITUSI 2000 KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA (AMANDEMEN II) adalah konstitusi sah yang mengatur ORMAWA di bawah Keluarga Mahasiswa (KM) Unair. Dalam pembukaan konstitusi ini disebutkan bahwa KM Unair adalah sebuah wadah bersama yang menampung dan memfasilitasi sema kegiatan mahasiswa yang memiliki semangat mewujudkan tujuan bersama. Dan KM Unair memiliki sifat independen. Atas dasar asas independensi inilah sebagai mahasiswa Unair kami tidak akan menyerahkan pengaturan ORMAWA kepada rektorat dengan SKnya atau siapa pun juga. Karena menyerah artinya membuang harga diri kami sebagai mahasiswa.

Wacana mekanisme baru pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair yang diatur dalam sebuah SK Rektor juga berarti rektorat ingin mengatur gerakan ORMAWA dalam kendalinya. Apakah ada konspirasi rektorat dengan kepentingan tertentu yang ingin dijalankan di balik ini semua? Apakah ada skenario besar yang disiapkan untuk kita? Mahasiswa tidak terlalu bodoh untuk dibohongi dengan konspirasi serupa yang telah menyejarah hitam di zaman orde baru dengan NKK/BKKnya[xi]. Apakah ini adalah bentuk neo-NKK/BKK di masa orde reformasi? Waktu yang akan menjawabnya. [*]

_________________________________________
[i] Bintang Gumilang adalah salah satu anggota BEM fakultas di Unair. Selain di BEM, dia juga aktif dalam organisasi mahasiswa ekstra kampus di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan menjabat sebagai Ketua Departemen Kebijakan Publik (KP) KAMMI Airlangga periode 2011-2012 di bawah kepemimpinan Rahmat Wahyudi. [CP: 085655227515 / aihoshichi@yahoo.com / http://www.bintangumilang.wordpress.com]

[ii] Yang dimaksud BEM Unair adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair). BEM Unair adalah lembaga eksekutif mahasiswa tertinggi di Unair yang terbentuk pada momen PEMIRA tahun 2009 sebagai amanat konstitusi mahasiswa Unair.

[iii] ORMAWA adalah singkatan dari Organisasi Kemahasiswaan. ORMAWA ada di tingkat universitas maupun fakultas. Tujuan dari ORMAWA secara umum adalah sebagai wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian. ORMAWA meliputi Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Unair, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unair, Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) fakultas, dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) fakultas.

[iv] Kabar tersebut diketahui pada hari kamis (14/7) sekitar pukul 10.00 bahwa BEM FKH telah mendapat sosialisasi wacana mekanisme baru pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair.

[v] Forum dekanat dengan BEM FKM dilangsungkan pada hari kamis pada pukul 13.00. Yang sedikit membuat dahi penulis berkernyit adalah forum tersebut tetap dilangsungkan walau Ketua, Wakil Ketua BEM, dan BLM yang awalnya menjadi pihak terundang tidak dapat hadir dalam forum tersebut. Sehingga yang hadir hanyalah perwakilan BEM yang bukan sebagai stakeholder dan mahasiswa yang diminta hadir secara incidental.

[vi] Sosialisasi yang dilakukan di tiap fakultas bisa jadi berbeda. Hal ini sangat mungkin terjadi dikarenakan kepahaman dekanat yang bersangkutan dalam menjelaskan mekanisme yang ‘dititipkan’ rektorat. Kesimpulan awal ini penulis munculkan lantaran kekurangjelasan detail penjelasan dari dekanat pada saat sosialisasi.

[vii] Dalam konteks fakultas yang bersangkutan perwakilan kelas dipilih dari ketua atau pemimpin kelas yang disebut komting (komisaris tingkat)

[viii] Mekanisme pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM Unair belum dijelaskan secara rinci oleh pihak dekanat.

[ix] Kabarnya, dari seluruh fakultas yang ada di Unair, yang kurang sepakat dengan PEMIRA ada tiga fakultas, yaitu: FISIP, FEB, dan FH.

[x] Hal yang mengatur ORMAWA mahasiswa saat ini termaktub dalam konstitusi yang disebut KONSTITUSI 2000 KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA (AMANDEMEN II). Konstitusi ini adalah hasil musyawarah mahasiswa yang disahkan oleh seluruh elemen mahasiswa pada tanggal 13 April 2008 di FK Unair.

[xi] NKK/BKK adalah singkatan dari Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan yang dikeluarkan dengan latar belakang penolakan pencalonan Soeharto pada PEMILU 1977 sebagai kebijakan untuk mengendalikan pergerakan mahasiswa. Dengan keluarnya kebijakan ini, mahasiswa cenderung diarahkan untuk study oriented dan dimatikan hak politiknya. Sehingga, fungsi mahasiswa sebagai agent control terhadap kebijakan pemerintahan tersendat.

Minggu, 03 Juli 2011

[Please Share] For Maba : KAMMI untuk KALIAN

Oleh: Gading E. Aurizki[1]
Pengantar[2]
KAMMI ingin agar umat kami mengetahui, bahwa KAMMI membawa misi dakwah yang bersih dan suci. Bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Ia terus berlalu menapaki jalan panjang kebenaran yang telah digariskan Allah swt. dalam firman-Nya,

“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik’.” (QS Yusuf [12]:108)

KAMMI tidak mengharapkan sesuatu pun dari manusia, tidak mengharapkan harta benda atau imbalan yang lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Yang kami harapkan hanyalah pahala dari Allah, Dzat yang menciptakan kami.
KAMMI tidak menginginkan sesuatu menimpa saudara kami, melainkan itu adalah kebaikan.
* * *
Untuk Kalian
Ini adalah penghujung tahun, di mana para mahasiswa harus menyibukkan diri dengan Ujuan Akhir Semester (UAS) yang akan mereka hadapi. Tak terkecuali kami. Puluhan.. bahkan ratusan bahan hafalan dan rumus harus kami pelajari demi menjalankan amanah dari agama, orang tua dan negara. Karena belajar adalah kewajiban kami.

Namun, di penghujung tahun ini, kami juga memiliki hajat besar. Hajat yang tidak sekedar meninggikan nilai IPK kami, membuat kami populer, atau menguntungkan kami secara finansial. Tidak! Sama sekali tidak!

Justru kebalikannya, kami harus rela mengurangi jam belajar kami, terkadang dituding oleh orang yang sentimen kepada kami dengan teriakan “pasti ada kepentingan di balik itu semua!”, bahkan hajat ini membuat kantung-kantung kami terkuras habis untuk memberikan yang terbaik. Hajat kami ini adalah menyambut adik-adik kami, Mahasiswa Baru Universitas Airlangga 2011.

Ya, untuk kalianlah hajat kami itu, adik-adikku.

Kalian tidak akan mengetahui keberadaan kami secara langsung, karena kami memang dilarang menampakkan diri. Birokasi-lah yang membuat kebijakan seperti itu. Namun jika kalian ingin mencari, kami ada di sekitar kalian. Kami berperan memberikan pelayanan secara tulus, menginformasikan hal-hal yang belum kalian pahami, mengantarkan kalian ketempat yang kalian kehendaki, dan siap membantu jika kalian menghadapi kesulitan. Sekali lagi kalian akan kesulitan melihat kami secara langsung. Karena kami tidak memakai simbol tertentu di sana. Kami hanya memberikan pelayanan. Kami sangat khawatir kalau kalian ‘tersesat’ atau ‘disesatkan’ oleh pihak-pihak tertentu, terutama soal biaya kuliah, tempat tinggal, dsb.

Kegelisahan kami berawal ketika birokrat kampus mewacanakan akan ada penetapan tarif SP3 bagi kalian, mahasiswa baru Unair 2011 jalur SNMPTN. Padahal kami sangat paham, kalau jalur SNMPTN adalah satu-satunya kesempatan bagi anak bangsa dari kalangan menengah kebawah untuk bisa kuliah di universitas kelas dunia seperti Unair. Kenapa kami gelisah? Karena kami sama seperti kalian, mahasiswa yang hidup pas-pasan. Kami pernah merasakan ketika orangtua kami kesulitan membayar biaya kuliah. Itu belum termasuk biaya hidup, buku, dsb. Tentu kalian juga mengalaminya, bukan?!

Mulai saat ini, dalam setiap acara-acara besar seperti registrasi dan daftar ulang, kami siap melayani kalian. Sekali lagi kami tekankan, kalian tidak akan mudah mengenali kami. Perhatikanlah orang-orang yang melayani kalian, mungkin saja kami ada di antara mereka. Tidak semuanya, tetapi cukup banyak dan tersebar di segala penjuru. Kami tidak ingin sekedar dikenal. Kami ingin memberikan pelayanan terlebih dahulu. Karena kami tidak menginginkan sesuatu menimpa kalian, melainkan itu adalah kebaikan. [gea]

[1] Penulis adalah Ketua Departemen Media dan Jaringan PK KAMMI Airlangga 2011-2012, yang sekaligus mahasiswa Fakultas Keperawatan Unair angkatan 2010.
[2] Diambil dari Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin dengan sedikit perubahan.

Untuk Pejuang SAMBA : Spirit PMB 2011 KAMMI (Urgensi Kaderisasi Gerakan Dakwah Pemuda)[1]


Oleh: Syamsudin Kadir[2]
MELAKUKAN pengkaderan adalah salah satu model perjuangan para nabi. Bersama para kader inti yang kuat dan tangguh, mereka berjuang menyebarkan (baca: mendakwahkan) Islam dan mengatasi berbagai ujian dan rintangan yang dahsyat yang mereka lewati.
Allah Swt. berfirman:
“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu, dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar”. (Qs. Ali Imran: 146)
Rasulullah Saw. merekrut dan mengkader Khadijah ra., perempuan yang pertama kali beriman dan juga istri beliau. Setelah itu Abu Bakar ra., sahabat karib beliau, Ali bin Abi Thalib ra., anak pamannya yang telah dibinanya sejak kecil, dan Zaid bin Haritsah ra., mantan budak beliau. Abu Bakar ra. pun meluaskan dakwahnya sendiri. Melalui dakwahnya, maka Usman bin Affan ra., Zubair bin Awwam ra., Abdul Rahman bin Auf ra., Sa’ad bin Abi Waqqash ra., dan Thalhah bin Ubaidillah ra., masuk Islam. Ke delapan orang ini merupakan para kader pertama yang masuk Islam, kemudian shalat, dan membenarkannya. Rekrutmen ini kemudian berkembang hingga mencapai 60 sahabat pertama yang berasal dari berbagai kabilah di Mekah ketika itu.
Para kader-kader dakwah terus bertumbuh seiring berjalannya waktu. Mereka inilah yang senantiasa menjadi pewaris, menyebarkan dakwah dari zaman ke zaman, melintasi sahara tak bertuan, gunung dan samudera nan luas, menyeberangi negeri-negeri nan jauh, mencapai benua-benua, sehingga Islam menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia yang kita cintai. Mudah-mudahan Allah Swt. membalas semua jasa mereka dan menganugerahkan surga-Nya yang amat luas dan indah. Kita berharap kepada Allah Swt. agar kita dimasukkan ke dalam golongan mereka, para generasi penyeru dakwah, dan dikumpulkan bersama-sama mereka kelak di surga-Nya, semoga!
Allah Swt. berfirman, “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul¬-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah; yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang yang syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-¬baiknya”. (Qs. an-Nisa’: 69).

Pengkaderan: Penyuluh Gerakan Dakwah

Perjalanan dakwah ibarat sebuah kehidupan. Ia harus terus hidup secara dinamis atau terjaga kestabilannya. Mempertahankan hidup yang demikian, bagi dakwah, tidak bisa ditempuh kecuali dengan menjaga kehidupan para penggeraknya. Kehidupan dakwah itu jauh lebih panjang dari kehidupan para pengusung atau penggeraknya. Oleh karena itu, kita mesti mengupayakan strategi untuk melanggengkan perjalanan dakwah tersebut, yaitu dengan melanggengkan kehidupan penggeraknya melalui regenerasi atau pengkaderan.
Adalah musibah yang amat besar apabila kita lemah dalam mengkader. Roda-roda dakwah akan lambat berputar atau bahkan berhenti sama sekali, karena penggerak roda¬-roda itu kehilangan energi atau tidak ada sama sekali. Bahkan jumlah kader yang banyak tidak akan banyak membantu bila tidak diiringi oleh proses pembentukan kapasitas menuju kader berkualitas. Keseimbangan antara ekspansi rekrutmen kader dengan peningkatan kualitasnya adalah keseimbangan yang mesti difokuskan.
Formulasi kaderisasi atau pengkaderan memiliki kepentingan dalam upaya ini. Dalam dimensi ini, elemen dakwah Islam berorientasi membentuk kader-kader da’i yang siap memikul dan melanjutkan estafet dakwah, apalagi mengingat bahwa tumbuh suburnya kader adalah sasaran utama dakwah Islam, terutama pada level dakwah pemuda. Karena merekalah yang akan menggerakkan dakwah Islam di masa depan.
Karena itu, kaderisasi dalam dakwah pemuda adalah proses pembinaan dalam rangka pembentukan kader-kader dakwah di lingkungan medan dakwah, untuk kegemilangan dakwah di masa depan. Untuk meraih keberhasilan agenda ini, para penggerak dakwah dituntut memiliki keahlian membina (kafa’ah takwiiniyah), baik dari sisi penguasaan sistem, metodologi, penguasaan materi, pengua¬saan lapangan, pemahaman orientasi, dan lain sebagainya. Pemenuhan keahlian membina dapat diusahakan secara bersama dengan berbagai pelatihan dan pembekalan. Selain itu, dalam aktivitas ini, para penggeraknya juga dituntut melakukan segala upaya pengkaderan dengan bekal-bekal akidah, ibadah, akhlak, tsaqaafah (wawasan), dan sebagainya dengan baik sehingga dapat membentuk kader dakwah (rijaal ad-dakwah) generasi penerusnya memiliki kualifikasi kapasitas yang sesuai dengan orientasi pengkaderan dan cita-cita dakwah Islam.
Karena pengkaderan adalah sebuah agenda penting maka harus ada penyeimbangan, yaitu penyiapan tenaga pengkader, semacam Instruktur atau Pemandu kader yang terlatih dan berkualitas. Hikmah di balik keunikan firman Allah dalam Qs. al-Anfal: 65 berikut ini layak dijadikan titik pijak kita.
“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sa¬bar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu orang-orang yang kafir, disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti”.
Begitulah al-Qur’an memberi kita inspirasi. Artinya, seorang kader yang berkualitas tinggi akan dapat mengalahkan sepuluh orang musuh (1:10), sedangkan seorang kader yang lemah kualitasnya hanya dapat mengalahkan dua orang musuh (1:2)
“Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antara kalian seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang; dan Jika di antara kalian ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar“. (Qs. al-Anfal: 66)
Kaderisasi atau pengkaderan pengusung dakwah sangat ketat, karena itu ia juga selektif. Proses ini dalam perjalanan dakwah sesungguhnya bukan sesuatu yang asing. Untuk memilih nabi dan rasul pun, Allah menggunakan proses ini. Sebagaimana firman-Nya,
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat”. (Qs. Ali Imran: 33)
Rasulullah Saw. pun dalam perjalanan dakwahnya tidak selalu disibukkan dengan manuvernya ke masyarakat luas, tapi juga fokus untuk memperbanyak basis pejuang dakwahnya. Beliau berdakwah dengan metode yang berimbang antara kaderisasi sumber daya dan ekspansi ranah dakwah. Metode pengkaderan terpilih dilakukannya di rumah Arqam bin Abil Arqam ra., sehingga tercetaklah manusia sekaliber Abu bakar ra. dan Ali bin Abi Thalib ra. Proses pengkaderan yang beliau lakukan adalah dengan pemantauan intensif. Pemantauan itu dilakukan dengan memperhatikan beberapa kriteria sehingga proses kaderisasi yang dilakukan menghasilkan generasi yang unik dan mampu memberikan jawaban atau penyelesaian atas problematika dakwah yang sedang atau yang akan dihadapi di masa depan.
Apa yang dilakukan pada masa itu sepertinya masih relevan untuk dijadikan sebagai referensi kita saat ini. Yang penting adalah bahwa ekspansi gerakan dakwah mesti diseimbangkan dengan penguatan basis pengusungnya, baik kuantitas maupun kualitasnya. Mengenai hal ini, Syaikh Mushthafa Masyhur mengatakan‚
“Penjagaan keseimbangan antara sarana manuver dan sarana rekrutmen dilakukan untuk menyelaraskan hasil manuver dakwah dengan kemampuan pengkaderan. Hal ini bertujuan agar tingkat pengkaderan tidak mengalami penurunan disebabkan banyaknya hasil manuver yang tidak tertangani proses pengkaderannya”.
Masih berkaitan dengan ini, Syaikh Mushthafa Masyhur sangat menekankan aktivitas pengkaderan dalam dakwah. Bahkan, menurut beliau,
“Lebih baik melakukan pengurangan volume manuver dakwah untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan, antara hasil manuver dengan kemampuan pengkaderan, daripada menumpuk hasil manuver yang banyak dan rendah kualitasnya disebabkan oleh rendahnya proses pengkaderan”.

Penutup

Upaya perbaikan bukanlah gerakan sesaat yang muncul untuk kemudian mati selama-lamanya. Ia bukan pula upaya perbaikan yang kecil volume dan intervalnya di tengah gelombang kerusakan yang membahana dan semakin mendera kita. Tetapi ia adalah gerakan perbaikan yang kokoh memegang prinsip dan memiliki nafas panjang serta stamina yang seakan tiada pernah habis untuk menghadapi secara intensif gelombang jahiliyah dengan berbagai kiat, siasat dan berbagai cara. Jadi, hanya upaya perbaikan secara intensif yang mampu bertahan dan mengalahkan arus jahiliyah yang merambah hampir semua aspek kehidupan umat manusia.
Selanjutnya, mudah-mudahan Allah Swt. memberi kekuatan kepada kita agar agenda pengkaderan atau penguatan basis utama gerakan dakwah Islam terus berlanjut hingga Allah Swt. menakdirkan kita semua menjadi pengusung utama yang menemukan agama ini dengan sejarah kejayaannya, semoga! [kammi.org]
________________________________________
[1] Bisa dibaca di Majalah al-Intima’ Edisi No. 002 Tahun 2009, hal. 34-37
[2] Kaderisasi KAMMI Pusat Periode 2011-2013/Penulis buku Merebut Masa Depan: Mendobrak Stagnasi Kebangsaan,Memetakan Indonesia Masa Depan (Pena Publisher,2011). Cp. 085220910532