Rabu, 29 Desember 2010

RETORIKA KAMMI

Retorika KAMMI…
Assalamualaikum, Salam KAMMI!!!
Alhamdulillah segala puji bagi syukur kepada Alloh SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga buletin kebangaan kita, Intilaq dapat terselesaikan. Shalawat serta salam kepada rasulullah Muhammad SAW, motivator terhebat sepanjang masa.
Bagaimana kabar IKHWAH?, Alhamdulillah dapat bertemu dengan bulletin Intilaq Departemen Sosmas yang akhirnya terbit perdana. Pada kepengurusan baru KAMMI ini, telah terpilih seorang mas’ul, yakni Akhi Mahendra Setya H. Di kepengurusan baru kali ini Intilaq akan mengadakan terobosan dengan terbit perbulan, sehingga diharapkan dapat terus menjadi media informasi dan komunikasi bagi teman-teman KAMMI Komisariat Airlangga (KAMMI KomAir).
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim atau biasa disingkat KAMMI, telah bertahun membuktikan kesungguhannya dalam mengawal berbagai kebijakan kampus, daerah dan bahkan nasional. Kelahirannya pun pada era reformasi tidak muncul secara tiba-tiba. KAMMI adalah bagian dari rencana gerakan yang dibangun oleh arus kebangkitan Dunia Islam, secara khusus di Indonesia. Posisinya sebagai gerakan yang menghimpun para mahasiswa terpelajar, menjadikan KAMMI sebagai wadah permanen yang menyemai bibit-bibit unggul para pemimpin Islam yang tangguh di masa depan.
KAMMI sebagai organisasi yang berbasis ekstra kampus, harus mampu mengoptimalkan perannya di ranah politik kampus. Sebagai wadah pembinaan kader tangguh, dalam akselerasi pemimpin muda menuju Muslim Negarawan Jika organisasi kampus lain hanya mengharapkan kekuasaan, yang pada akhirnya akan menelantarkan rakyat ketika menjadi pemimpin, maka TIDAK bagi KAMMI. Landasan Islam menjadikan KAMMI melahirkan pemimpin-pemimpin yang tahu akan tanggung jawabnya di akhirat nanti akan kepemimpinannya. Berani untuk mengatakan TIDAK untuk KKN, money politic, dan praktek-praktek politik busuk lainnya.
DENGAN SEMANGAT TOTALITAS TANPA BATAS, BERGERAK UNTUK MENUNTASKAN PERUBAHAN!
Wassalamualaikum…
Redaksi
Penanggung Jawab : Ketua Umum KAMMI Komsat Airlangga Unair, Mahendra Setya H.
Pimpinan Redaksi : Muniroh
Editor : Mei Yunlusi I
Layouter : Fryan
Reporter : Dony, Adit, Harsono, Ulfa, Zulian, Hidayatur R, Aghisna, Ana

pemilihan umum

National Issue…
FENOMENA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (PEMILUKADA) KOTA SURABAYA 2010
Salah satu agenda akbar pemerintah kota telah usai, yakni pilwali Suarabaya. Penantian masyarakat dengan perubahan kepemimpinan baru, dengan harapan besar dapat membenahi Surabaya. Ada lima pasangan pada pemilukada kemarin yang menjadi calon walikota Surabaya, kelima pasangan calon walikota tersebut adalah
1. Pasangan Sutadi-Mazlan (PKB dan Gerindra)
2. Pasangan Fandi-Yulius (PDS, PKS, PPP dan PKNU)
3. Pasangan Arif Afandi-Adies Kadir (Partai Golkar dan Demokrat)
4. Pasangan Risma-Bambang (PDIP)
5. Pasangan Fitrajaya-Naen (Independen)
Pemilukada Kota Surabaya telah terlaksana walau banyak menuai kontroversi. Salah satunya adalah suara dari kedua pasangan dari lima pasangan yang ikut sudah memenuhi kuota suara. Tetapi pasangan Risma-Bambang lebih unggul dari pada pasangan Arif-Adies. Berikut hasil penghitungan Sementara Kota Surabaya :
1. Pasangan Sutadi-Mazlan memperoleh 6,25 persen
2. Pasangan Fandi-Yulius memperoleh 13,98 persen
3. Pasangan Arif Afandi-Adies Kadir memperoleh 35,38 persen
4. Pasangan Risma-Bambang memperoleh 38,26 persen
5. Pasangan Fitrajaya-Naen memperoleh 6,13 persen
Dari hasil penghitungan suara diatas, diperoleh pasangan Risma-Bambang yang berhak maju sebagai Walikota dan Wakil Walikota Surabaya berikutnya.
Namun sampai sekarang fenomena ketidak berhasilan dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Surabaya semakin mengemuka. Ini terlihat dari besarnya jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan kepala daerah Surabaya.
Data hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya menunjukkan bahwa angka DPT yang tidak menggunakan hak suaranya (Golput) mencapai 1.173.960 suara. Atau sekitar 54,783% dari total DPT sebanyak 2.142.900 suara. Jumlah suara golput ini lebih besar dibanding jumlah suara yang menggunakan hak pilih mereka yang hanya mencapai 968.940 suara atau sebesar 45,216%.
Bahkan, di beberapa kecamatan, terlihat angka Golput jauh diatas 60%, seperti yang terjadi di Kecamatan Pabean Cantikan dan Semampir . Di Kecamatan Pabean Cantikan, jumlah DPT mencapai 67.599 suara sementara yang menggunakan hak pilihnya hanya mencapai 26.034 suara. Artinya, angka golput di Kecamatan tersebut mencapai 41.565 suara atau 61%. Di Semampir, jumlah DPT mencapai 140.344 suara dan yang menggunakan hak pilihnya hanya mencapai 50.512, sehingga jumlah golput mencapai 89.832 suara atau sekitar 64%.
Menanggapi realita yang sedang terjadi, Ketua KPU Kota Surabaya, Eko Sasmito menegaskan besarnya angka golput ini bukan karena kurangnya KPU melakukan sosialisasi. Menurut Eko, sosialisasi Pemilukada Kota Surabaya yang digelar pada tanggal 2 Juni 2010 yang lalu sudah dilakukan dengan maksimal.
"KPU Kota Surabaya, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemilihan Suara (PPS) kelurahan sudah melakukan sosialisasi dengan maksimal. Dan fenomena besarnya angka golput ini kami yakin bukan karena kurangnya sosialisasi. Ini diperlukan kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui penyebabnya," kata Eko Sasmito di kantor KPU Kota Surabaya. Menurutnya, harus ada menelitian lebih jauh yang dilakukan kalangan akademisi atau lembaga independen lainnya untuk mengetahui penyebab besarnya angka golput dalam Pemilukada Kota Surabaya.
Banyak sekali makna yang seharusnya bisa diambil dari fenomena ini. Krisis kepemimpinan yang membuat tingkat kepercayaan masyarakat pada pemimpin saat ini mulai terasa. Masyarakat menilai orang - orang yang menduduki kursi Birokrasi pasti tak jauh beda dengan orang – orang sebelumnya yang dinilai telah gagal membangun pemerintahan ini. Nyatanya memang benar, tak pernah ada langkah nyata pemerintah dalam menyelesaikan masalah – masalah negeri ini. Yang muncul hanya masalah baru dan masalah lama akan ditinggalkan. Itulah salah satu mengapa masyarakat memilih Golput dari pada memilih pemimpin yang salah. Jika pemimpin membuktikan kepemimpinannya, bukan tidak mungkin angka Golput akan menurun. Sudah saatnya kita memilih pemimpin yang jujur dan terbukti totalitasnya dalam memperjuangkan rakyat. Bukan lagi memilih pemimpin yang hobi bagi-bagi duit, rokok, dan menghalalkan segala cara untuk menang. (Hars)

Sumpah Pemuda

Laporan Khusus
SUMPAH PEMUDA TAK HANYA CERITA LAMA (Semoga)…
Tepat pada 28 Oktober 1928 yang lalu, terjadi sebuah peristiwa besar bagi bangsa Indonesia. Sebuah hari bersejarah dimana para pemuda pemudi Indonesia, 82 tahun lalu telah mengikrarkan kesetiaanya pada NKRI. Puluhan tahun berlalu bukan merupakan waktu yang sedikit. Pemuda harapan tumpuan bangsa kala itu, menjadi penggerak kemerdekaan. Sungguh ironis, ketika sekarang keberadaan dan peran pemuda Indonesia dipertanyakan. Dulu berani, sekarang anarki. Dulu heroisme, sekarang hedonisme.
Tak dipungkiri, dalam sejarahnya pemuda selalu menjadi motor penggerak perubahan. Namun bagaimana dengan pemuda masa kini. Bolehlah jika kita menyebut pemuda dalam konteks mahasiswa. Karena mahasiswa sendiri merupakan para pemuda terpelajar, yang digadang-gadang menjadi generasi penerus negeri berjuluk jamrud khatulistiwa ini.
Mahasiswa yang katanya intelektual dan calon pemimpin bangsa, rupanya lupa dengan semangat para pendahulunya di Sumpah Pemuda. Ketika menjadi pemimpin saat mahasiswa, sukanya keroyokan dan menghalalkan segala cara demi kuasa. Perpolitikan kampus menjadi panas sepanas pemilu ketika pemira Jadi tak heran ketika penjadi pemimpin sungguhan dilegislatif nanti, hanya otot bukan otak yang digunakan. Saling tuding saling hujat, bahkan saling lempar menjadi pemandangan yang terjadi tak hanya sekali di lembaga wakil rakyat. Uang studi banding yang milyaran jadi rebutan. Katanya wakil rakyat, namun nyatanya memakan uang rakyat. Negeri ini butuh solusi, bukan lagi sikap apatis tak peduli.
Moralitas, sekali lagi moralitas, yang dibutuhkan para pemuda. Bukan lagi hanya ilmu dibangku kuliah, tapi juga ilmu yang mengajarkan kejujuran. Ilmu yang menekankan pentingnya pertanggungjawaban atas kepemimpinanya nanti.
Sebentar lagi 10 November, itu artinya hari pahlawan segera menjelang. Sudah bukan saatnya lagi kita menangisi keadaan. Sudah saatnya kita para pemuda untuk bangkit. Mahasiswa yang telah membuktikan keberadaanya diera reformasi dengan people power-nya, mari bergerak tuntaskan perubahan!. Semoga Sumpah Pemuda tak hanya menjadi sebuah cerita lama. (Nir)

Dunia Kampus

Dunia Kampus
KUNCUP-KUNCUP MUDA SATRIA AIRLANGGA
Gelombang putih menyerbu auditorium Universitas Airlangga dari berbagai penjuru. Sejak pagi ribuan calon mahasiswa bergerak dari berbagai penjuru kota Surabaya bahkan beberapa ada yang berangkat dari luar kota. Semua dipersiapkan untuk menghadiri satu acara yang maha penting “Pengukuhan Mahasiswa Baru Universitas Airlangga”. Tanggal 18 Agustus 2010 kemarin, menjadi sejarah bagi ribuan calon penerus kejayaan bangsa. Saat itulah bermunculan kuncup-kuncup muda Satria Airlangga yang akan mewarnai Bumi Perjuangan sekaligus Kawah Pebinaan Universitas Airlangga.
Disebut Bumi Perjuangan karena untuk tetap dapat masuk di Universitas Airlangga diperlukan perjuangan serta pengorbanan yang cukup luar biasa. Setelah diterima harus pula dipersiapkan banyak hal agar tetap dapat bertahan. Dengan waktu dan kesempatan yang terbatas maka perjuangan menjadi syarat mutlak untuk dapat berprestasi. Selain itu masih banyak lagi nilai-nilai perjuangan yang melekat pada masing-masing individu yang berstatus sebagai civitas akademika Universitas Airlangga.
Disebut Kawah Pembinaan karena ditempat ini akan diberikan segala macam sarana untuk mengembangkan potensi diri. Mulai dari ruang akademik untuk memperkaya pengetahuan, pengajar profesional yang telah memiliki jam terbang internasional. Jaringan lokal, nasional dan internasional yang membuka wawasan global, Organisasi Kemahasiswaan untuk mengasah soft skill. Selain itu, terdapat juga program penunjang semacam Program Mahasiswa Wirausaha untuk mempertajam potensi mahasiswa, serta infrastuktur yang mendukung seluruh proses tersebut ada di Univeristas Airlangga.
Kuncup-kuncup muda ini nantinya akan mekar menjadi bunga yang mewarnai Universitas Airlangga. Saat itulah kuncup-kuncup ini akan berubah menjadi Satria Airlangga dan mengetahui peran mereka sebagai mahasiswa. Secara garis besar ada tiga peran mahasiswa, yakni mahasiswa sebagai agent of change, mahasiswa sebagai iron stock, dan mahasiswa sebagai agent of social control. Ketiga peran inilah yang akan menjadikan Satria Airlangga sabagai generasi yang memperbaiki peradaban dan akhirnya membawa perubahan di Negera Indonesia tercinta.
Sebagai Agent of Change mahasiswa akan selalu berfikir tentang sebuah perubahan menuju suatu perbaikan. Pemikiran idealitas yang didapatkan dikampus ketika berbenturan dengan kondisi faktual di masyarakat akan menggerakan hati mahasiswa untuk melakukan perubahan. Mahasiswa yang kehilangan jiwa dan semangat perubahannya akan mati dan hilang. Mereka akan menjadi pelengkap dari sistem sosial yang berjalan. Jika sistem sosialnya baik maka mereka akan baik jika buruk maka merkea akan buruk. Jika demikian apa gunanya mahasiswa?
Sebagai Iron Stock mahasiswa harus sadar bahwa di masa yang akan datang merekalah yang akan memegang estafet kepemimpinan bangsa. Jadi mulai dari sekarang mahasiswa harus belajar menjadi individu unggul yang kemudian membentuk kelompok unggul agar menjadi cadangan kuat apabila sewaktu-waktu estafet kepemimpinan itu beralih. Gelombang reformasi merupakan momentum besar yang tidak berlanjut dengan gelombang perubahan. penyebab utamanya mahasiswa kala itu belum siap sehingga estafet hanya bergeser tidak berpindah. Apakah kesalahan itu akan terulang lagi dimasa datang?
Sebagai Agent of Social Control mahasiswa dapat mengambil peran kritisnya. Mahasiswa yang terletak di midlde class dapat melakukan gerakan vertikal yang menghantam pemerintah, sekaligus melakukan gerakan horizontal yang berkaitan erat dengan masyarakat. Inilah fungsi kontrol sosial yang dimiliki mahasiswa. Fungsi sosial ini dapat berjalan dengan adanya kepekaan mahasiswa atas problematika masyarakat. Tanpa kepekaan tersebut mahasiswa akan terjebak pada kegiatan yang sifatnya sekedar membesarkan organisasi. Jika demikian mahasiswa akan tercabut dari masyarakat yang merupakan akar rumpun asalnya.
Inilah pesan untuk yang penting untuk diketahui kuncup-kuncup muda satria Airlangga. Semoga air amerta yang dipikul oleh garuda muka akan mengembangkan kuncup-kuncup dan akhirnya menghasilkan buah yang siap digunakan untuk mensejahterakan masyarakat. Bahkan buah itu akan menghasilakan biji yang menumbuhkan tanaman baru sehingga kemanfaatannya tidak akan habis dalam satu generasi saja. Inilah impian dari suatu universitas yang punya jargon Excellence With Morality.
“Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Akan tetapi, orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar”
(Sayyid Quthb)

DPR vs Rakyat

Laporan Utama
WAJAH DPR HARI INI
Di tengah keprihatinan rakyat yang menghadapi inflasi kebutuhan pokok yang semakin menggila sebagai efek tahunan menjelang bulan Ramadhan kemarin, nurani publik kembali tersentak. Para ‘wakil rakyat’ kembali membuat sensasi. “Setelah mengusulkan dana aspirasi, kemudian dana pembangunan desa, dan sekarang dana untuk rumah aspirasi semakin menunjukkan bahwa DPR kerjanya Cuma cari duit,” kata koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi)Sebastian Salang, di Gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Senayan Jakarta, Selasa (3/8/2010) sebagaimana diberitakan oleh detikcom.
Usulan tersebut seakan-akan menafikkan fungsi partai politik yang salah satunya sebagai kantong aspirasi. Anggota DPR yang notabanenya adalah wakil partai politik di parlemen, sejak awal menggunakan wadah partai politik mereka masing-masing. Setiap partai politik sebenarnya memiliki konstituen yang dahulunya mendukung mereka dalam pemilihan umum, sehingga seharusnya setiap partai politik memiliki akses kepada rakyat yang mereka ‘perjuangkan’. Jika fungsi partai politik ini berjalan dengan baik, maka masalah mengenai wadah rakyat untuk menyampaikan aspirasi sudah dapat dianggap selesai.
Komposisi DPR 2009-2014 yang diisi oleh partai-partai politik yang mayoritas juga mengisi komposisi DPR periode sebelumnya juga membuktikan fungsi partai politik sebagai kantong aspirasi rakyat telah berjalan, karena nyatanya rakyat masih mempercayai mereka dengan memberikan suaranya untuk memilih mereka dalam pemilu 2009.
“ Usulan itu (rumah aspirasi) tidak menggambarkan ciri partai, padahal para anggota partai politik ini berda di bawah naungan sebuah partai. Sudah seharusnya anggota DPR bersinergi dengan parpol (di daerah) sebagai wakil rakyat dengan memanfaatkan rumah besar (DPD) dan rumah kecil (DPC) partai yang ada di daerah.” Kata peneliti Indonesia budget center (IBC), Roy Salam, saat dihubungi detikcom, kamis (5/8/2010).
DPR dikatakan sebagai pilar negara demokrasi. Lembaga yang seharusnya menjunjung tinggi kepentingan rakyat dalam produk legislasinya. Tapi sekarang seakan-akan terdapat dinding yang memisahkan rakyat dan DPR, yang seharusnya tempat dimana kepentingan rakyat diperjuangkan. Saat rakyat menghendaki perbaikan keadaan ekonomi mereka, keamanan aset-aset mereka di tanah air mereka, di senayan didiskusikan mengenai wacana-wacana untuk memakmurkan anggota-anggota DPR ‘yang terhormat’ dengan fasilitas-fasilitas yang di luar bayangan rakyat.
Seharusnya yang dibahas di DPR sekarang adalah bagaimana fasilitas publik yang selama ini dimanfaatkan rakyat diperbaiki. Bagaimana mengentas rakyat dari kemiskinan, bagaimana kualitas kesehatan dapat berfungsi baik dan dapat diakses oleh setiap orang indonesia dan banyak lagi kebutuhan mendesak rakyat yang lain. Tapi bagaimana wacana-wacana tersebut dapat didiskusikan jika anggota-anggota DPRnya suka bolos dari sidang-sidang baik di komisi maupun di paripurna. “Saya miris melihat absensinya dari awal 80 persen sekarang sudah 70 persen. Ini baru setahun ya, bagaimana tahun-tahun berikutnya,” keluh Ikrar Nusa Bakti peneliti politik LIPI kepada detikcom.
Bahkan, pada hari senin tanggal 12 juli 2010 sidang paripurna DPR harus ditunda karena tidak memenuhi kuorum untuk memulai sidang. Hingga pukul 10.45 WIB belum tercapai kuorum, padahal sesuai jadwal sidang seharusnya dimulai pukul 09.00. Tidak lama kemudian sidang baru dapat dimulai dengan dihadiri 283 dari 560 anggota DPR. Alasan keterlambatan itu cukup unik, yaitu banyak anggota DPR yang ‘tewas’ usai menonton final piala dunia. Produksifitas anggota-anggota DPR pun sekali lagi dipertanyakan, Sejauh mana komitmen mereka sebagai wakil rakyat.
DPR adalah lembaga sentral di Republik ini, seluruh undang-undang yang menyentuh kepentingan rakyat lahir melalui proses legislasi di senayan. Tentu saja rakyat sangat berharap kepentingan mereka segera dibahas diselesaikan oleh para anggota DPR. Kursi-kursi di senayan bukan tempat untuk tidur, tetapi saat ini para anggota DPR ‘yang terhormat’ seakan-akan terlelap dalam mimpi indah. Permasalahan rakyat semakin banyak, seharusnya DPR dapat melihat itu. Tidakkah para anggota dewan malu, sekarang persoalan bangsa telah didiskusikan di warung kopi, gerbong kereta api, pangkalan becak, dan sudut-sudut terminal tetapi tidak di ruang-ruang sidang senayan. Perlukah mereka yang sudah cukup pusing untuk memikirkan cara mendapatkan uang belanja dan membayar biaya sekolah anak-anak mereka, memikirkan tingkah polah para wakil kereka di DPR.
Belum selesai masalah dana aspirasi, sekarang ditambah masalah dana studi banding keluar negeri yang menghabiskan milyaran rupiah. Bagaimana nasib bangsa ini dipimpin oleh pemimpin yang tidak lagi memikirkan rakyatnya?. Kita tunggu saja kelanjutannya. (Donny)