Sabtu, 04 Februari 2012

Merumuskan Sosok Pemimpin Mahasiswa Unair





Oleh Gading Ekapuja Aurizki*


Sudah dua tahun lebih kita tak lagi berbicara tentang siapa sosok pemimpin ideal. Sudah dua tahun lebih kita tak lagi memperbincangkan siapa yang pantas maju dan siapa yang lebih layak turun. Sudah dua tahun lebih obrolan hangat itu tak lagi kita rasakan. Obrolan tentang masa depan. Obrolan tentang figur pembawa perubahan.
Saya takut kita sudah mulai jengah, frustasi, bosan, bahkan mungkin putus asa dengan semua keadaan ini! Akhirnya kita TAK LAGI PERCAYA kalau pemimpin harapan itu akan DATANG. Namun saya lebih takut jika kita terlanjur frustasi, siapakah yang akan memvisualisasikan sosok ideal yang pantas memimpin kita nanti?

Percayakah rekan-rekan, kemunculan seorang pemimpin yang besar itu berbanding lurus dengan kondisi rakyat yang berhati besar pula? Pemimpin tidak selalu hadir TEPAT WAKTU, tetapi selalu hadir TEPAT PADA WAKTUNYA. Yaitu ketika rakyat telah benar-benar membutuhkannya, merindukannya, dan mengharapkannya! Percayakah?
Jika kita percaya, apakah kita sudah membayangkan sosoknya seperti apa? Sudahkah kita berjaga menantikan kedatangannya? Sudahkah kita mempersiapkan diri jika kelak nanti sosok pemimpin itu meminta kita menjadi pengawal perjuangannya? Sudahkah kita SIAP jika ternyata yang diminta menjadi pemimpin itu adalah KITA?
Jika kita percaya, marilah kita bersama-sama MERUMUSKAN sosok pemimpin ideal itu. Mumpung masih ada kesempatan untuk mempersiapkannya. Jika ada yang tidak ikut mempersiapkan, jangan kecewa jika sosok yang muncul nanti bukanlah sosok yang kalian HARAPKAN!
* * *
Sosok Pemimpin Harapan Saya
Memperbincangkan sosok pemimpin pastilah kita tak akan jauh dari kriteria-kriteria seperti visioner, bertanggung jawab, komunikatif, dan lain sebagainya. Namun kriteria itu hanyalah kriteria dasar yang memang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin. Namun karena saya mengharapkan pemimpin yang tidak ‘sekedar’ standar, tentu ada kriteria khusus yang patut dipertimbangkan. Goalnya sesuai tulisan saya sebelumnya; Mencari Pahlawan Unair: Bukan Kajian Hanya Curhatan. Jadi, saya sekarang sedang mencari PAHLAWAN.
Baik, saya mulai dengan mendefinisikan kata pahlawan. Pahlawan berbeda dengan juara, raja, komandan, bahkan pemenang sekalipun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pahlawan diartikan dengan orang yg menonjol krn keberanian dan pengorbanannya dl membela kebenaran; pejuang yg gagah berani. Tapi menurut versinya Gading, pahlawan berarti sosok yang membawa perubahan dari keadaan yang kacau menuju kondisi sejahtera.
It’s simple. Siapa yang bisa mengeluarkan Keluarga Mahasiswa Unair dari kondisi yang serba tidak jelas ini dia adalah pahlawan.
Kembali ke kriteria pemimpin yang saya harapkan. Kriteria ini tentu bersifat subjektif dan terlalu detail untuk dijadikan kriteria dalam suatu pemilihan. Tetapi setidaknya ini bisa menjadi guide bagi kita dalam menilai seberapa pantas sosok pemimpin yang menjadi harapan kita bersama. Kriteria itu antara lain;
Pertama, memahami histori Keluarga Mahasiswa Unair
Karena yang kita cari adalah pahlawan, maka sangat penting baginya untuk memahami sejarah perjalanan KM Unair. Mulai dari terbentuknya hingga nasibnya kini. Pemimpin yang kita harapkan haruslah memahami akar permasalahan KM Unair, seperti (di)goyangnya nilai demokrasi dalam tubuh mahasiswa oleh pihak ‘eksternal’, vacuum of power yang terjadi beberapa kali, dan beberapa masalah lain yang tidak seharusnya muncul. Bukankah memahami masalah adalah setengah dari solusi?
Saat ini KM Unair belum membutuhkan pemimpin yang memiliki piala setumpuk alias berprestasi. KM Unair lebih membutuhkan sosok pemimpin yang membawa solusi. Solusi yang bisa mengeluarkan KM Unair dari kondisi serbasalah ini. Karena itulah definisi pahlawan yang saya pahami.
Namun bukan berarti saya anti sosok berprestasi. Tidak! Bolehlah Unair memiliki pemimpin yang berprestasi, tetapi mungkin itu nanti. Kalau pemimpin yang berprestasi dan solutif ditemukan dalam satu sosok, tentu itu lebih baik lagi.
Kedua, memiliki jaringan ke pihak alumni
Mengapa harus alumni? Saya lebih mengkhususkan alumni di sini adalah alumni yang pernah berkecimpung di dunia pergerakan tingkat universitas di Unair. Para pengurus BEM 2010 ke bawah dan anggota DLM 2010 ke bawah, atau pihak lain yang paham dengan kondisi Unair sebelum 2010.
Alasan yang paling rajih untuk bisa diterima adalah karena Unair sempat mengalami lost generation. Dengan vakumnya BEM Unair dan DLM Unair selama satu tahun membuat distribusi informasi dan kaderisasi tidak berjalan dengan baik. Sehingga satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk mereduksi kehilangan informasi itu adalah dengan ‘berguru’ kepada para senior-senior kita.
Sosok pemimpin yang kita harapkan harus mengerti akan hakikat ‘berguru’ ini. Dengan berguru kepada senior bukan berarti kita ingin melestarikan nilai-nilai lama di tengah zaman yang terus berkembang. Bukan seperti itu! Berguru di sini dimaksudkan untuk menjaring aspirasi dari orang yang tahu secara pasti kronologis masalah yang terjadi di KM Unair.
Ada satu lagi alasan kenapa kita harus berguru langsung kepada mereka. Setelah saya menelusuri Ruang DLM, ternyata dokumen Keluarga Mahasiswa kurang tersimpan dengan baik. Dokumentasi seperti ini penting mengingat kita mengurusi hajat orang banyak. Menyepelekannya berisiko menghapus sejarah yang terjadi di KM Unair. Saya mendengarkan cerita-cerita tentang KM Unair dari beberapa orang kawan (by mulut ke mulut), bukan dari dokumentasi atau catatan resmi. Jika nanti sudah tidak ada yang memperbincangkan KM Unair, bisa saja generasi penerus kita menganggap KM Unair tidak pernah ada.
Ketiga, memiliki mindset aktivis mahasiswa tingkat universitas
Setahun BEM dan DLM Unair vakum membuat aktivis yang berkiprah di tingkat universitas semakin sedikit. Itulah yang menjadi masalah Unair saat ini. Para aktivis bertumpuk di fakultas dan lebih nyaman membuat ‘dinasti’ di sana. Akhirnya kebutuhan KM Unair tingkat universitas terbengkalai karena hampir semua kader aktivis ditarik ke fakultas masing-masing.
Sosok pemimpin yang kita harapkan tidak boleh berpaham Fakultasentris. Dia harus melepaskan atribut ke-fakultas-annya dan total bekerja di tingkat universitas. Namun saya tidak menafikan kalau pemimpin tersebut tetaplah mahasiswa fakultas, sehingga ia bisa turun ke fakultas untuk koordinasi dan urusan akademik.
Hemat saya, sosok-sosok yang Universitasentris kemungkinan besar muncul dari fakultas-fakultas kecil (jumlah mahasiswa dan jurusan sedikit) dan baru. Kalau boleh sebut nama Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) dan Fakultas Keperawatan (FKp). Mengapa? Karena fakultas yang sudah mapan biasanya memiliki alur kaderisasi yang lamban. Tahun pertama jadi staf di Himpunan Mahasiswa (Hima), tahun kedua di Departemen BEM, tahun ketiga baru bisa jadi ketua Ormawa. Berbeda dengan fakultas kecil yang alur kaderisasi cepat: tahun kedua sudah bisa jadi ketua BEM. Setelah purna jadi ketua BEM, masih ada kesempatan untuk berkiprah di universitas. Tapi analisis ini tidak mutlak. Tergantung pribadi yang menjalani.
Keempat, mampu merangkul semua pihak
Selama beberapa tahun terpecah belah, Unair membutuhkan sosok yang tidak hanya bisa merebut takhta, namun juga menyatukan semua golongan, baik yang berasal dari fakultas maupun dari kelompok ideologi. Dukungan dari semua pihak kepada pemimpin baru kita sangat penting untuk keberlangsungan KM Unair ke depan. Bisa dibayangkan, jika tidak ada dukungan memadai dari bawah, pemimpin terpilih hanya akan menduduki singgasana tetapi tidak memiliki kekuasaan. Istilah yang saya gunakan di tulisan sebelumnya ‘jabatannya tinggi, tetapi wewenangnya NOL’.
Kelima, berani bertindak konkret
Yang kelima ini barangkali adalah yang paling penting untuk dimiliki. Karena selama ini kita masih sering berkutat pada tataran rencana dan kajian-kajian, belum ada sikap yang jelas dari KM Unair sendiri terkait permasalahan yang melanda. Untuk itulah KM Unair membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menggerakkan, mampu mengkonversi rencana menjadi tindakan. Tidak hanya pandai strategi, namun juga bisa memimpin pertempuran di medan perang.
* * *
Kelima poin di atas hanyalah harapan saya pribadi yang tidak akan terwujud tanpa doa dan dukungan teman-teman sekalian. Saya juga menanti tulisan teman-teman tentang sosok pemimpin ideal harapan mahasiswa Unair. Bisa dikirim via email geaurizki@ikhwahgaul.com, format: Ms. Word, A4, Font: Verdana (10pt), tidak ada batasan halaman (setengah halaman pun boleh). Yang paling menarik akan mendapatkan hadiah sebuah buku dari saya (asyik gak tuh!).
Terakhir, mari bersama-sama berangkulan untuk mewujudkan KM Unair yang harmonis dan dinamis. Unair, harapan itu masih ada! []gea


*) Penulis adalah Kadep Media Jaringan PK KAMMI Airlangga 2011-2012 dan Ketua BLM FKp Unair 2012 merangkap anggota MPM unsur DLM

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Harus dipertajam lagi tulisannya. Intinya seperti yang sudah saya sms kan. :D

    BalasHapus
  3. Haha.. didoktrin apa ma Januar? :D
    Mungkin dibutuhkan sebagai tambahan informasi, bisa buka http://www.scribd.com/doc/26407795/Laporan-Pertanggungjawaban-Bem-Unair-2009 atau http://www.docstoc.com/docs/36893216/LPJ-BEM-UNAIR-2009

    Selamat berkarya!

    BalasHapus