Sabtu, 26 Maret 2011

Renungan Menjelang Milad KAMMI

Menjelang milad KAMMI tanggal 29 Maret nanti, sudahkah kita sama - sama mengetahui apa sejatinya KAMMI? Mulanya KAMMI lahir sebagai sebuah organisasi pemuda yang lahir karena realita kondisi kebangsaan, para pemuda Indonesia khususnya para mahasiswa yang pada waktu itu sudah mengalami pembinaan keagamaan [baca : Islam] yang kental di masjid-masjid kampus dan sekaligus mengalami pematangan intelektual merasa bahwa sudah saatnya Indonesia melakukan perubahan.
Pandangan inilah yang menyebabkan para pemuda dan khususnya para mahasiswa membentuk sebuah organisasi ekstra kampus yang bernuansa khas mahasiswa dan menjadikan Islam sebagai landasan ideologi dalam melakukan perubahan itu. Hingga pada akhir (selesai) acara pertemuan lembaga dakwah kampus di UMM Malang (29 maret) dibentuklah sebuah organisasi yang bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, atau disingkat KAMMI.
Banyak perubahan yang terjadi di dalam KAMMI sebagai sebuah organisasi atau sebagai sebuah gerakan. Perubahan itu tidak lain adalah manifestasi pembacaan KAMMI sebagai sebuah organisasi dalam membaca realitas sejarah masa lalu dan mencoba menempatkan diri dengan baik di masa depan, menempatkan diri dengan baik dalam artian bahwa KAMMI memandang masa depan hanya akan di isi oleh mereka yang dibutuhkan dan sesuai dengan zamannya.
Pembacaan itu masih juga berjalan sampai sekarang di KAMMI, baik itu di dalam forum-forum nasionalnya seperti muktamar, mukernas atau bahkan pertemuan konsolidasi-konsolidasi lainnya misal di musda (musyawarah daerah) dan muskom yang ada di masing-masing komisariat.
Maret 2008 tahun depan, adalah milad ke-10 bagi KAMMI dan beberapa hal yang harus kita perhatikan kala itu tiba adalah bahwa secara serentak -2008- KAMMI akan ditinggalkan (secara keanggotaan) oleh begitu banyak kadernya, hal ini dikarenakan oleh masa keanggotaan KAMMI yang hanya 10 tahun semenjak seorang kader bergabung.
Sehingga otomatis anggota KAMMI akan berkurang drastis, pun kita juga tahu bahwa mereka yang habis masa keanggotaannya tersebut adalah para muassis KAMMI, mereka adalah para senior KAMMI. Sehingga dengan keadaan ini [berkurang secara kuantitas dan kualitas] secara otomatis akan membuat keadaan KAMMI tidak stabil. Kedua yang harus kita perhatikan adalah bahwa dalam usia ke-10 pergerakannya KAMMI harus bisa menunjukkan diri sebagai sebuah organisasi dan gerakan yang matang, sebagai sebuah organisasi yang massif, dan secara riil harus mampu memberikan kontribusi-kontribusi positif untuk Indonesia. Maka milad yang ke-9 ini harus bisa jadi batu loncatan dalam menyiapkan itu semua.
Ada beberapa hal yang harus kita siapkan untuk menjadi gerakan dan organisasi yang matang dan stabil :
Menyiapkan Kesolidan Internal
Pertama yang kita butuhkan adalah kesolidan internal KAMMI. Kekuatan internal adalah modal pertama dan utama bagi sebuah gerakan. Kesolidan internal sesungguhnya bahasa umum, sering disebut, saking seringnya sampai-sampai maknanya sendiri yang begitu dalam menjadi hilang.
Tapi ini benar, kita harus mengevaluasi dan mengaca dengan kaca yang sebening-beningnya (hati yang jujur). Mulailah dari mengaca diri sendiri (personal kita), bagaimana kita menempatkan KAMMI selama ini, mainan? Sehingga semua aturan yang sudah kita sepakati sendiri, kita langgar dengan sengaja. Amanah tertinggi di muskom, musda atau mungkin muktamar, hanya menjadi penghias dan penebal draft yang selalu kita bawa kemana-mana saat syuro tapi tidak pernah dibaca apalagi di jalankan. Kalau bukan kita yang menjalankan aturan KAMMI maka siapa lagi. Bukankah kita adalah aktivis yang bergerak dengan visi dan kita bukan para pekerja yang taunya hanya mengemban amanah dari atasan tanpa tahu kenapa atasan menyuruh kita berbuat seperti itu.
Kedua mari kita berbicara lebih dalam. Dalam menjalankan organisasinya sesungguhnya KAMMI membutuhkan berapa orang. Misal saja, kita berbicara di tataran komisariat. Untuk menjalankan komisariat dengan baik berapa orang yang kita butuhkan, sehingga dengan keberadaan orang-orang itu (baca : orang yang utuh !!) sebuah komisariat bisa benar-benar establish, mapan.
Lihat selama ini, kalau kita jeli ada beberapa celah struktural di komisariat yang tidak di tutup dengan baik. Pos-pos yang beberapa orang -sayangnya termasuk juga ketua komsat juga berpikiran seperti itu- menganggap tidak penting. Sehingga pos-pos itu kadang diberikan kepada orang yang terlalu sulit untuk dikatakan mampu, atau bisa jadi diberikan kepada orang yang sudah jelas-jelas tidak bisa mengerjakan amanah itu secara maksimal. Dan yang paling parah terjadi adalah pengemban amanah itu sendiri menganggap bahwa pos dimana dia ditempatkan tidak begitu penting sehingga mempengaruhi kinerjanya sendiri.
Kalau antum bertanya pos apakah itu, saya tidak akan menjawabnya. Karena kalau saya menjawabnya sama juga saya telah memberi signal negatif terhadap pos tersebut. Kita lihat saja selama ini pos mana yang selalu tidak efektif.
Jumlah kebutuhan kader untuk men-establish-kan komisariat tersebut harus dipenuhi dengan rekruitmen. Dalam hal ini semua kader akan menemukan alasan yang lebih dalam dan lebih rasional dalam merekrut. Kenapa kita merekrut sejumlah tertentu bukan hanya kebijakan yang diambil oleh beberapa elit tertentu saja tetapi menjadi kebutuhan organisasi, dalam usahanya menuju organisasi yang mapan.
Ketiga yang saya ambil contoh dalam usaha mensolidkan struktur KAMMI adalah masalah kepemimpinan. Pilihlah pemimpin yang memang pemimpin. Dan saat sudah terpilih, maka jadikanlah dia sebagai pemimpinmu dalam setiap urusan-urusanmu. Ada masalah mendasar di dalam diri kita (baca : KAMMI) selama ini. Saya melihat masalah ini sebagai akar beberapa permasalahan yang terjadi di kemudian hari. Yaitu, bagaimana kita memilih pemimpin. Saya tidak akan berbicara satu-persatu atau kasus-perkasus. Tapi menurut saya ada filosofi atau gaya berpikir tertentu yang harus kita gunakan dalam memilih pemimpin. Yang secara singkat bisa saya rangkum dalam kalimat bahwa : pemimpin adalah orang yang terbaik yang ada di sebuah komunitas tertentu. Mungkin itu jawabnya kenapa selama ini kholifah pengganti nabi senantiasa memimpin sampai akhir hayatnya, bukan dalam periode tertentu. Begitu juga dengan harokah terbesar yang ada zaman ini, ikhwanul muslimin, seorang mursyid akan memimpin selama dia masih hidup.
Lalu pertanyaannya, terbaik dalam hal apa? Jawab saya, semuanya. Kalau logika ini tidak kita pakai dalam menentukan pemimpin, sangat mungkin kemudian ada berbagai masalah yang muncul di KAMMI sebagai akibat dari hal mendasar yaitu kesalahan kita sendiri dalam menentukan siapa pemimpin kita, siapa yang mengatur urusan-urusan kita. Nantinya mungkin akan ada muncul kasus saat kita memilih pemimpin yang bukan pemimpin yaitu fenomena pemimpin tetapi dipimpin oleh anggotanya. Dan ini akan menjadi masalah yang serius, masalah kesolidan internal, penyakit hati yang muncul di bawah, nuansa psikologi pemimpin itu sendiri, dan bahkan bisa mengacaukan agenda-agenda dakwah.
Berikutnya saat sudah terpilih seorang pemimpin, maka tidak ada jalan lain kecuali menaatinya dan menyerahkan seluruh urusan kepadanya, tetapi tentu saja logika yang pertama tadi harus sudah terpenuhi terlebih dahulu.
Basis Recruitmen Yang Kokoh
Apa yang bisa kita lakukan dengan kader yang sedikit. Atau pas-pasan. Atau tidak menentu, kadang banyak kadang sedikit, kalau dikasih banyak ya banyak, kalau dikasih sedikit ya sedikit.
Apa jua yang bisa kita dapatkan dari kader yang minimalis dari segi kuantitas dan kualitas. Jangankan berbicara masalah mengomentari kebijakan publik, membuat gerakan yang massif, merangkul organ lain, membuat basis sosial sementara ketua bidang kebijakan publiknya / kastratnya sibuk ngurusin panitia Dauroh Marhalah. Kesana kemari mencari pemateri untuk sekolah kader. Bagaimana kita akan membuat jaringan yang luas dan kuat, atau mencitrakan KAMMI sebagai sebuah organ -dengan radio, dengan media, atau dengan propaganda-propaganda- sementara bagian humas masih juga disibukkan dengan menempel pamflet untuk pengkaderan, atau sibuk melakukan tabayun internal kepada kader sendiri hanya untuk menjelaskan ke kader bahwa mereka tidak salah memasuki KAMMI.
Lihat organisasi kemahasiswaan ekstra kampus yang sudah mapan. Mereka begitu berani mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang cerdas atau seringkali dinilai terlalu berani oleh yang lain. Mereka begitu leluasa bermain di semua lini, politik, ekonomi, kampus dan lain sebagainya.
Mereka bahkan berani membuat konflik-konflik di internal mereka sendiri untuk targetan-targetan atau agenda yang sudah mereka prediksi sebelumnya. Modal mereka salah satunya adalah pengkaderan yang sudah matang. Sehingga apapun yang akan terjadi, lini bawah selalu mensupport dengan input kader yang segar, bertenaga, baru dan bahkan jauh lebih baik dari generasi sebelumnya.
Tentu, di sana tidak pernah ketinggalan adalah pewarisan nilai yang massif. Sehingga dalam nilai-nilai tertentu tidak akan terjadi split antara kader baru dengan kader lama.
Pengkaderan ini harus dimulai dari sebuah sistem pengkaderan yang sistematis dan teruji yang disepakati dan harus ditaati. Kemampuan dan kemauan kita dalam membuat sampai mentaati sistem ini akan menghasilkan kader-kader yang teruji pula, standard dan yang pasti bisa terevaluasi dengan baik. Sisi mana yang masih kurang dan sisi mana yang terlalu berlebihan. Komitmen harus kita munculkan bersama dalam usaha mengokohkan rekruitmen baik itu rekruitmen aam (umum/awal) ataupun rekruitmen tingkat lanjut (tarqiyah).
Kemampuan Membaca Kebutuhan Ummat
Hal ketiga yang kita butuhkan adalah kemampuan kita dalam membaca kebutuhan ummat. Ustadz Anis Matta pernah menyampaikan bahwa gerakan dakwah kita berputar di sekeliling ummat. Caranya begini, kita baca apa permasalahan ummat atau masalah apa yang masih ada menimpa ummat ini, dan dari sekian banyak permasalahan itu apa yang bisa kita lakukan untuk ummat, baik itu secara langsung terlebih lagi untuk jangka panjang. Sehingga ummat memang akhirnya akan menjadi tempat kita menumpahkan semua kebaikan-kebaikan. Dan kebaikan ini akan lahir dalam segala bentuknya, kebijakan, contra kebijakan, demonstrasi, tulisan-tulisan, dan lain sebagainya.
Kemampuan kita membaca zaman dan seluk-beluk permasalahannya akan menjadikan KAMMI sebagai organisasi dan gerakan yang dibutuhkan dan sesuai dengan zamannya. Dan saat itu tiba maka KAMMI akan lebih mudah menuju kematangannya. Kenapa? Karena ia dibutuhkan.
***
Dan jika saat itu tiba –KAMMI dibutuhkan zamannya- barulah kita lakukan proses selanjutnya, kita tinggal menyambutnya dengan pencitraan, dengan jaringan dan dengan segala agenda-agenda kita yang lain.
Jika momentum milad ini kita gunakan sebagai batu loncatan tadi, maka kita tidak pernah akan rugi dan kita tidak akan pernah lelah. Adapun kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik atau ceremonial , itu akan menjadi bagian dari konsolidasi kita (baca : KAMMI) untuk menyebarkan pemahaman atau pemikiran yang serupa.
Akhirnya mari kita berdoa, semoga KAMMI menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Bangsa ini dalam usaha keluar dari kemelut yang berkepanjangan dan menuju Indonesia Baru yang lebih bermartabat dan lebih berkeadilan seperti yang diamanahkan di dalam Undang Undang Dasar 1945.(Source: blog Mbah Jiwo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar