Sabtu, 26 Maret 2011

Cinta KAMMI untuk Jepang





Tidak ada yang bisa memprediksi dan menduga kapan sebuah bencana akan datang pada suatu daerah atau negara. sehebat apapun alat yang diciptakan manusia baik alat pendeteksi gempa atau tsunami atau bencana alam apapun itu. manusia hanya bisa berusaha namun keputusan akhirnya tetap Yang Maha Perkasa lah yang menentukan. Tulisan ini saya buat karena ada banyak pertanyaan dari masyarakat tentang aksi KAMMI Peduli Jepang yang KAMMI gelar selama beberapa hari ini dan saya berharap melalui tulisan ini bisa membuat masyarakat Kepulauan Riau mengerti dengan aksi penggalangan dana yang KAMMI lakukan ini.

Sebagaimana diketahui bersama Tsunami yang melanda negara Jepang pada 11 maret yang lalu merupakan bencana terbesar bagi negara matahari terbit tersebut sejak tahun 1923 silam. okezone.com mencatat 8.450 jiwa Melayang, 12.931 orang hilang 500 ribu orang Menderita kedinginan dan ratusan ribu anak-anak kehilangan tempat tinggal dan mengalami traumatic yang mendalam dan ada ratusan orang WNI yang masih berada di JEPANG serta diperparah dengan rusaknya jutaan infrastruktur di JEPANG.

Ini adalah bencana kemanusiaan, Meski Jepang pernah menjajah Indonesia, namun persoalan manusia adalah tanggung jawab kita untuk saling membantu tanpa harus mendeskeditkan batasan wilayah regional. Hal inilah yang lantas menjadi alasan mengapa KAMMI melakukan aksi peduli Tsunami di Jepang.
KAMMI menilai saat inilah giliran kita bangsa Indonesia menunjukkan diri sebagai bangsa yang juga tahu membalas kebaikan dan berjiwa social tinggi. Masih teringat jelas di ingatan bangsa Indonesia khususnya rakyat yang terkena musibah seperti tsunami Aceh, Nias, Yogyakarta dan Padang beberapa waktu yang lalu dan sejarah telah mencatat bahwa da banyak bantuan dari Jepang berdatangan ke Indonesia. Tim kemanusiaan dari Jepang bersama masyarakat internasional lainnyapun turut berdatangan untuk membantu meringankan beban rakyat Indonesia.

Bebrapa waktu yang lalu saudara kita di Padanag dan Aceh menggelar aksi penggalangan dana, kegiatannya berlangsung penuh semangat sekaligus dengan penuh keharuan. Mereka bersemangat lantaran ada kesamaan rasa diantara mereka untuk menyatukan daya dan upaya mengumpulkan dana sumbangan untuk Jepang yang dilanda tsunami sebagaimana yang pernah di alami Aceh. Mengharukan, karena kegiatan ini sekaligus membuat rakyat Aceh terkenang peristiwa 2004 yang meluluhlantakkan Aceh. Para wartawanpun bersama masyarakat Banda Aceh menggelar aksi solidaritas dan doa bersama untuk korban gempa dan tsunami di Jepang ini.

Mungkin bagi sebagian masyarakat Kepulauan Riau penggalangan dana untuk Jepang bukanlah hal yang penting, namun berdasarkan sejarah yang ada seperti saya kemukakan diatas harusnya kita bersatu dan membantu rakyat Jepang.
Perlu juga kita ketahui bersama bahwa selama ini Jepang termasuk negara yang jadi penyumbang utama dalam usaha meringankan beban internasional. Jepang mendirikan JOCV (Kerja Sama Para Relawan Luar Negeri Jepang), sebagai jembatan antara Jepang dengan banyak negara berkembang dalam memajukan kerja sama internasional untuk membangun dunia yang lebih damai dan makmur.
Mereka juga aktif menangani operasi bantuan bencana darurat dengan sangat efisien, terutama di negara berkembang. Tim penyelamat dan pengobatan medisnya akan siap berangkat menuju kawasan bencana dalam jangka waktu 24 hingga 48 jam. Barang-barang bantuan darurat dikapalkan dari tiga gudang perbekalannya di Singapura, Miami, dan London.

Banyak persediaan bantuan yang disumbangkan oleh pribadi maupun kelompok swasta diangkut menuju daerah bencana oleh Perwakilan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), kelompok jasa pengiriman sipil yang didirikan pada tahun 1996. Sejak bulan Maret tahun 2005, JICA telah menangani berbagai proyek penemuan kembali jenazah, penampungan penduduk, dan pembangunan kembali berbagai kawasan korban bencana Tsunami di Indonesia, Sri Lanka, dan Maladewa.(harianhaluan.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar